REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: K Hasan Mansur SAg *)
Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Majalengka istiqomah dan tetap kompak mengikuti rutinitas pengajian mingguan pascaapel pagi Senin (31/10/2017). Pengajian ini, meskipun durasinya tidak panjang, namun setidaknya menjadi tadzkiroh dan bisa memberikan kesejukan bagi rohani selama sepekan sekali. Pasalnya, hati yang tidak mendapatkan nasihat akan gersang, bahkan hati bisa mati. Lalu nasihat apa yang disampaikan pada pekan ini?
Penyuluh Agama Islam Kecamatan Kadipaten, K Hasan Mansur SAg, pun menyampaikan nasihat dari Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Nasihat pertama, "Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati!". Sebebas-bebasnya hidup pasti akan dibatasi oleh kematian. Hal yang terburuk bagi manusia adalah kematian, karena dengan datangnya kematian, maka manusia tidak akan pernah berbuat apa-apa lagi. Jangankan berbuat, berpikir saja manusia sudah tidak bisa lagi karena tubuh sudah ditinggalkan oleh rohnya. Kematian ini, akan datang dan menghampiri setiap manusia dan tidak mungkin meleset.
Dengan mengingat kematian, diharapkan setiap mukmin menghilangkan ketergantungan dan ketamakan hati terhadap dunia dan kesenangan-kesenangannya. Dengan mengingat kematian, sudah seharusnya manusia memendekkan angan-angan untuk dunia dan hanya mengharapkan kehidupan di negeri akhirat yang kekal. Allah SWT berfirman, "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui." (Q.S. Al-'Ankabut 29 : 64) Dengan demikian, hendaklah setiap hamba mempersiapkan diri untuk menyambut tujuan akhirnya yaitu kematian, dengan cara menyiapkan diri untuk sesuatu setelahnya (akhirat).
Nasehat kedua, "Cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya!". Setiap mukmin dibebaskan untuk mencintai siapa saja di antara semua makhluk, namun sesungguhnya mereka akan berpisah dengannya. Maka, jangan sampai seorang mukmin menyibukkan hatinya dengan kesenangan-kesenangan dunia yang fana berupa istri, anak, harta dan selainnya dari hal-hal yang dicintai.
Allah SWT berfirman, "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan dari ALLAH serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Q.S. Al Hadid 57 : 20)
Karena itu, bisa jadi semuanya akan pergi darimu, atau bisa jadi kamu yang pergi dari mereka! Maka sibukkanlah hati dengan kecintaan terhadap Dzat yang tidak akan pernah berpisah dan tidak akan pernah terpisah, yaitu dengan mengingat Allah SWT dan melakukan amal shalih yang dicintai oleh-Nya.
Nasehat ketiga,"Berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya!". "Berbuatlah sesukamu" berarti bahwa manusia bebas melakukan perbuatan yang baik maupun yang buruk sesukanya. Namun semuanya akan berakhir saat kematian datang, selanjutnya setelah kematian ternyata ada perhitungan dan pembalasan di akhirat. Setiap orang akan diberi putusan sesuai dengan konsekuensi dari perbuatannya.
Allah SWT berfirman, "Berbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Fu??ilat 41 : 40) ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman, "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (Q.S. Az-Zalzalah 99 : 7-8).
Setiap balasan sesuai dengan amal yang telah dikerjakan, jika amalan yang dikerjakan tersebut baik, maka balasannya akan menyenangkan dan jika buruk, maka perjumpaan dengan balasan tersebut akan sangat menyedihkan.
*) Penyuluh Agama Islam Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka