REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama lengkapnya adalah Ghaziyah binti Jabir bin Hakim ad-Dausiyyah atau biasa dikenal dengan nama Ummu Syuraik al-Quraysyiyah. Dia adalah wanita dari kaum Quraisy, tepatnya dari bani Amir bin Lu'ai, dan berasal dari Kabilah Ghathafan, yang saat itu menjadi salah satu kabilah paling disegani oleh bangsa Arab.
Lewat berbagai riwayat, Ummu Syuraik dikenal sebagai Muslimah yang mampu memegang teguh keimanannya dan menjadi salah satu daiyah pada masa awal perkembangan Islam. Begitu mendengar soal kenabian Rasulullah SAW, Ummu Syuraik tidak ragu dan menyakini sepenuhnya ajaran yang dibawa Rasulullah SAW.
Ummu Syuraik pun memeluk Islam di Makkah pada masa awal penyebaran dakwah Rasulullah SAW. Kendati pada saat itu kaum kafir Quraisy mengawasi setiap dakwah Rasulullah SAW, tapi Ummu Syuraik tetap melakukan dakwah tersebut meski dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Dia berdakwah di antara kaum wanita Quraisy. Dakwah ini pun berbuah maksimal. Banyak wanita Quraisy tertarik untuk memeluk agama Islam. Namun, dakwah Ummu Syuraik ini ternyata diketahui oleh para petinggi kaum Quraisy.
Akhirnya, Ummu Syuraik dikembalikan ke keluarga suaminya, keluarga Abu al-Akr ad-Dausi. Berbagai siksaan dan tekanan diterima Ummu Syuraik dari keluarga suaminya itu untuk meninggalkan agama Islam. Namun, Ummu Syuraik bergeming dan tetap mempertahankan keimanannya.
Salah satu siksaan yang diterima Ummu Syuraik adalah tidak diberi minum selama tiga hari tiga malam. Akhirnya, pertolongan Allah SWT pun datang kepada Ummu Syuraik. ''Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang dingin di atas dadaku. Ketika kubuka mataku, ternyata itu adalah sebuah ember yang berisi air. Aku pun meminumnya seteguk. Kemudian, ember tersebut terangkat dan aku melihatnya menggantung antara langit dan bumi. Setelah itu, ember tersebut menjulur kepadaku untuk kedua kalinya. Aku pun minum darinya kemudian terangkat lagi. Lalu, ember itu menjulur untuk ketiga kalinya. Aku pun minum darinya hingga kenyang dan aku guyurkan ke kepala, wajah, serta bajuku,'' ujar Ummu Syuraik.
Mendapati baju Ummu Syuraik telah basah, keluarga dari Abu al-Akr Ad-Dausi pun menanyakan hal ini dan memeriksa bekal cadangan air yang mereka bawa. Ternyata, bekal air yang mereka bawa tidak berkurang sedikit pun. Ummu Syuraik menjawab, air ini merupakan bantuan dan pertolongan dari Allah SWT.
''Kemudian, mereka berkata, 'Kami bersaksi bahwa Rabbmu yang memberimu rezeki itu juga adalah Rabb kami dan Dia pula yang telah mensyariatkan Islam.' Setelah itu, mereka semua masuk Islam dan hijrah ke Madinah."
Tidak hanya sekali itu Allah memberi keutamaan terhadap Ummu Syuraik. Kejadian yang hampir sama pernah dialami Ummu Syuraik ketika ia hendak hijrah ke Madinah. Saat itu, ia hendak mencari seseorang yang mau menemaninya dalam perjalanan. Maka, seorang Yahudi menawarkan diri untuk menemaninya. Ummu Syuraik pun setuju. Ia terpaksa melakukannya karena saat itu tidak mudah mendapatkan teman atau orang yang dapat menjadi teman dalam perjalanan ke Madinah.
Namun, di dalam perjalanan, Ummu Syuraik tidak diberikan bekal air oleh orang Yahudi tersebut. Orang itu baru mau memberi air kepada Ummu Syuraik jika dia memeluk agama Yahudi. Ummu Syuraik dengan keras menjawab,''Tidak! demi Allah, aku tidak akan menjadi Yahudi selamanya setelah Allah menunjukkan padaku jalan Islam." Kemudian Ummu Syuraik menaiki keledainya dan bertelungkup sambil memeluknya dan merebahkan kepalanya di leher keledai itu hingga tertidur.
Ummu Syuraik mengatakan, ''Aku terbangun ketika merasakan dinginnya ember yang ada di keningku. Aku angkat kepalaku, dan kulihat air yang sangat putih melebihi susu dan lebih manis dari madu. Aku meminumnya sampai hilang dahagaku, kemudian aku siram tempat minumku lalu mengisinya sampai penuh. Ember itu pun terangkat dariku sampai hilang di langit." Keesokan harinya, orang Yahudi itu heran melihat Ummu Syuraik dan tempat air minumnya yang basah. Ia bertanya, ''Dari mana air ini?" "Dari langit?'' Ummu Syuraik menjawab, ''Ya demi Allah. Allah telah menurunkannya dari langit untukku.''
Ummu Syuraik telah memberikan contoh soal mempertahankan keimanan meskipun mendapatkan tekanan dan cobaan yang begitu berat. Keteguhan hati Ummu Syuraik pun perlu dapat menjadi keteladanan dan pelajaran tersendiri bagi para Muslimah. Belum lagi dengan aktivitas dakwah yang dilakukan Ummu Syuraik, mengajak para kaum wanita Quraisy untuk memeluk agama Islam.
Atas dakwah yang dilakukan oleh para sahabat dan umat Islam, Rasulullah SAW pun pernah bersabda, ''Demi Allah, jika Allah memberi petunjuk atau hidayah kepada seseorang karena dakwahmu, maka itu lebih baik dari unta yang merah (harta kekayaan yang paling berharga).'