Selasa 25 Oct 2016 05:23 WIB

Teladan Keluarga Nabi Ibrahim

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Kota Makkah
Bukit Marwah tahun 1935.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Demi terhentinya tangisan anaknya, Hajar pun pergi ke bukit yang kini dikenal dengan nama Shafa. Hajar berdiri di atasnya untuk me minta bantuan. Karena tidak men dapatkan bantuan di atas Bukit Shafa, ia pun turun ke tempat yang kini dikenal sebagai Marwah. Keadaan Marwah sama seperti di Shafa, ia juga tidak melihat seorang pun untuk dimintai bantuan.

Hajar pasrah. Ibnu Abbas mengatakan, Nabi SAW berkata, Karena inilah orang-orang melakukan sa'i di antara keduanya (Shafa dan Marwah). Di saat kepasrahan itu, Hajar melihat malaikat di tempat sumber air zamzam tengah menggali-gali tanah dengan tumitnya, dalam riwayat lain dengan sayapnya, hingga muncul air. Hajar membendung air dengan tangannya dan menciduk dan memasukan ke dalam kantong kulit.

Air itu terus mengalir deras setelah Hajar menciduknya. Ibnu Abbas mengatakan, Nabi SAW bersabda, Seandainya ia tidak menciduk airnya, niscaya zamzam menjadi air yang mengalir. Lebih lanjut Ibnu Abbas mengatakan bahwa malaikat berkata kepada Hajar, Jangan engkau khawatir akan disiasiakan, karena di sini terdapat sebuah rumah Allah yang akan dibangun oleh anak ini dan bapaknya.

Dan sesungguhnya Allah tidak akan menelantarkan penduduknya. Setelah kepemilikan zamzam, Hajar dan putranya, Ismail, menjadi orang yang paling dihargai oleh pendatang (bani Jurhum). Ismail pun kelak menikah dengan salah satu perempuan dari bani Jurhum. Istri salehah Setelah ibunda Ismail meninggal dunia, Ibrahim datang ke tempat yang ditinggalkannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement