Senin 24 Oct 2016 19:30 WIB

Sentuhan Pembaruan Ustmaniyah di Libya

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Peta Ustmaniyah/Ilustrasi
Foto: blogspot.com
Peta Ustmaniyah/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Selama di bawah pemerintahan Utsmani, Libya, terutama bagian baratnya mengalami berbagai pembaruan. Sejalan dengan pembaruan di Istanbul, sejak paruh kedua abad ke-19, pembaruan ala tanzimat Ottoman (dilancarkan sejak awal abad ke-19 oleh Sultan Mahmud II) juga diperkenalkan di Libya.

Perdagangan trans-Sahara, pertanian dan pendidikan dimajukan. Dengan demikian muncullah golongan elite yang berorientasi kepada kehidupan Utsmani, Arab dan Islam. (Baca: Jejak Sejarah Islam di Libya)

Di bagian timur, walaupun diperintah secara otonom oleh para pemimpin Tarekat Sanusiah, pembaruan juga berjalan sebanding dengan di bagian barat. Pada pertengahan abad ke-19, pemimpin tarekat ini, Muhammad as-Sanusi berhasil meluaskan jalur ekonomi, sosial dan politik keagamaan di kalangan suku-suku Badui.

Para pemimpin Sanusiah menentang habis-habisan upaya perluasan Perancis di selatan Libya dan kemudian juga penyerbuan Italia atas Libya.

Kendati demikian, Italia berhasil merebut pusat pusat pemerintahan dan kota-kota utama di Libya pada 1911, sehingga pihak Ottoman menyatakan mundur dari Libya pada 1912.

Namun, para pemimpin Sanusiah tetap merasa menguasai Libya dan baru pada 1934, setelah perang berkepanjangan dan kejam, Libya dapat dikuasai sepenuhnya oleh Italia.

Selanjutnya, akibat kekalahan Italia pada perang Dunia II, Libya jatuh ke tangan Prancis dan Inggris. Sewaktu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan kemerdekaan kepda Libya pada 1951, pemimpin Sanusiah waktu itu, Amir Idris diangkat menjadi Raja.

Namun pada 1959 Kolonel Muammar Muhammad al-Qadhafi melakukan kudeta dan menjatuhkan raja. Libya lalu menjadi republik dengan presiden pertama Qadhafi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement