Ahad 23 Oct 2016 12:30 WIB

Makna Awliya, MUI: Kalau Teman Dekat Saja tak Boleh, Apalagi Jadi Pemimpin

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat  Majelis Ulama Indonesia, Cholil Nafis.
Foto: IST
Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia, Cholil Nafis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Penerjemahan kata awliya dalam Alquran surat al Maidah ayat 51 sempat jadi polemik karena disebut telah diubah. Namun, penerjemahan kata awliya dinilai masih dalam koridor.

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat  Majelis Ulama Indonesia, Cholil Nafis, menyatakan, perbedaan pendapat dalam koridor pemaknaan Alquran menurut tafsir Alquran para ulama salaf. Awliya bisa bermakna teman setia, penolong, atau pemimpin.

''Kalau teman dekat dan penolong saja tak boleh, apalagi sebagai pemimpin. Teman dekat yang setia itu karena akan tahu rahasia Muslim, penolong itu karena kekuatannya. Dengan demikian, maka pemimpin pasti lebih dilarang,'' ungkap Cholil melalui pesan aplikasi daring kepada Republika.co.id Ahad (23/10).

Bahkan pemimpin seperti gubernur adalah orang yang bisa membuat peraturan daerah untuk mengatur umat Islam dan RAPBD yang bisa menolong atau mencelakakan umat Islam. Itu semua lebih dari teman setia dan penolong.

Baca juga, Ini Pernyataan Kontroversial Nusron Wahid yang Mengkritik Keputusan MUI.

Baru-baru ini, masyarakat dihebohkan dengan dugaan diubahnya tafsir Alquran surah Al Maidah ayat 51 yang dijual di toko-toko buku. Dalam tafsir tersebut, kata awliya yang sebelumnya diartikan sebagai pemimpin atau wali, menjadi teman setia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement