Kamis 20 Oct 2016 16:00 WIB

Andalusia, Cermin Kegemilangan Peradaban Islam

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Buku berjudul 'Al-Andalus Rediscoverd', karya mantan korespoden New York Times, Marvin Howe, mengupas muslim Andalusia.
Foto: theolivepress.com
Buku berjudul 'Al-Andalus Rediscoverd', karya mantan korespoden New York Times, Marvin Howe, mengupas muslim Andalusia.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --  Adapun warisan Islam di Andalusia terjadi pada masa Dinasti al-Muwahhidun. Setelah dinasti meninggalkan Spanyol, sebagian besar kota Muslim jatuh dengan cepat ke tangan kristen. Akan tetapi, salah seorang pemimpin Muslim dari keturunan Arab yang bernama Sultan Muhammad bin al-Ahmar I (1257-1323) berhasil mengendalikan wilayah-wilayah pegunungan di Provinsi Granada. Di sana, ia kemudian mendirikan sebuah benteng yang diberi nama al-Hamra atau Alhambra.

(Baca: Jejak Kegemilangan dan Penolakan terhadap Jasa Peradaban Islam)

Selanjutnya, keberadaan Dinasti Bani Nasr berhasil membawa Islam lebih lama bercokol di Spanyol. Salah satu jasa yang menonjol dari masa pemerintahan mereka adalah keberhasilan mempertahankan Islam selama dua setengah abad lamanya. Kota Garanada ketika itu menjadi pusat peradaban Islam yang menarik perhatian para cendekiawan dan sastrawan, khususnya yang berada di kawasan barat Islam.

Sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun, diangkat sebagai diplomat pada masa pemerintahan Amir Muhammad VI. Wazir (orang yang mendampingi raja dan sekaligus sebagai pembantu raja) menjadi penulis sejarah Granada yang masyhur pada masa Bani Nasr. Andalusia melahirkan peradaban gemilang hingga akhirnya jatuh dan diambil alih oleh Eropa hingga detik ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement