REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Presidium Inter Religion Center (IRC) Indonesia, Prof Dr Din Syamsuddin, menilai Indonesia merupakan negara yang berdiri berkat budaya majemuk. Karenanya, siapapun tidak diperkenankan melakukan tindakan atau perkataan, yang menyinggung orang lain.
"Tidak boleh ada di masyarakat majemuk seseorang melakukan tindakan yang bisa menyinggung perasaan pihak lain," ungkap Din Syamsuddin di Jakarta, Senin (17/10).
Untuk itu, ia merasa setiap warga negara Indonesia memerlukan wawasan dan budaya untuk siap sedia hidup berdampingan secara damai, bukan eksklusif dan ingin hidup sendiri. Masyarakat majemuk, lanjut Din, menuntut toleransi dari setiap elemen yang ada di dalamnya, sehingga ada tenggang rasa yang terjalin di semua aspek.
Din menekankan, toleransi dan tenggang rasa itu merupakan nilai penting membangun pluralitas di tengah masyarakat majemuk seperti Indonesia. Karenanya, setiap orang harus memiliki rasa saling menghormati dengan tidak memasuki dan lebih baik menghindari wilayah sensitif, terutama terkait Pemilihan Kepala Daerah.
Ia turut mengajak semua umat beragama di Indonesia untuk memanjatkan doa sesuai keyakinan masing-masing, agar Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menghindarkan Indonesia dari malapetaka perpecahan.
Pasalnya, Indonesia jelas tengah menghadapi ancaman dan tantangan dari dalam dan luar, dan terlihat ingin memecah-belah bangsa Indonesia. "Bukan tidak mungkin ada faktor eksternal yang ingin mengambil keuntungan dari situasi yang ada," ujar Din mengingatkan.