REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Budaya nasional menulis mushaf Alquran diharapkan membantu internalisasi Alquran dalam diri generasi muda Indonesia. Dengan menulis, anak-anak akan membaca dan mengingat ayat yang ditulisnya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menjelaskan, pihaknya ingin membudayakan menulis Alquran. Qiroah sudah cukup dan Indonesia selama ini sudah dikenal memiliki para qari yang bagus. Membaca ditambah menulis, diharapkan ada internalisasi nilai Alquran terutama di kalangan generasi muda.
''Harapannya siswa madrasah dan santri punya program menulis Alquran. Kalau tidak jadi kurikulum karena kurikulum perubahannya rumit, ini bisa jadi kegiatan tambahan. Waktunya juga tidak panjang. Dengan menulis, mereka jadi membaca dan mengingat,'' ungkap Lukman di Kantor Kementerian Agama, Rabu (12/10).
Selain memiliki kemulian, Alquran punya solusi mengatasi persoalan negara dan masyarakat serta tak ada keraguan atas kemampaun Alquran itu karena menjadi petunjuk bagi orang bertakwa.
''Energi dari Alquran tidak hanya tekstual, tapi juga aktual. Hidup bahagia dan nikmat jika dekat dan sesuai tuntunan Alquran. Bangsa juga akan mulia, maju, dan makmur dengan menjunjung nilai Alquran,'' kata Lukman.
Transformasi nilai Alquran jadi aksi nyata adalah penting, apalagi ada kebijkan revolusi mental yang berorientasi pada perilaku dengan mengedepankan nilai kemanusiaan dan etika yang baik.
Revolusi mental mengharuskan tiap warga Indonesia memiliki integritas agama dan praktiknya secara nyata. Aktualisasi nilai agama jadi barometer kesuksesan revolusi mental dengan mengimpelemtasikan Alquran.
Sebagai penguatan, Kemenag juga meluncurkan budaya nasional menulis mushaf Alquran. Dalam peluncuran budaya nasional ini, ayat-ayat Alquran hasil tulisan tangan di lembaran-lembaran akan dikumpulkan dan dibukukan. Mushaf Alquran ini sendiri diberi nama Mushaf Santri