Jumat 07 Oct 2016 11:16 WIB

Ustaz Arifin Ilham: Bawakan Lentera Dakwah dengan Kasih Sayang

Ustadz Muhammad Arifin Ilham mengajak mountaineer dengan tato dan anting shalat berjamaah dan memberikan tausiyah singkat di toko mereka.
Foto: Dok Azzikra
Ustadz Muhammad Arifin Ilham mengajak mountaineer dengan tato dan anting shalat berjamaah dan memberikan tausiyah singkat di toko mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sehebat apapun maksiat seseorang selama hidupnya, masih ada peluang hidayah (petunjuk) Allah. Sebaliknya,  sealim apapun seseorang selama hidupnya, masih ada peluang kufur nikmat. “Karena itulah Allah melarang kita agar jangan pernah  merasa paling suci,” kata Pimpinan Majelis Az-Zikra Ustadz Muhammad Arifin Ilham kepada Republika, Jumat (7/10/2016).

Ustadz Arifin mengutip Alquran Surah An-Najm ayat 32, yang artinya, "Janganlah kalian sekali-kali merasa diri kalian paling suci, sungguh hanya Allah yang paling mengetahui siapa yang paling bertakwa..."

Dan Rasulullah pun mengingatkan akan bahaya bangga diri dengan  mengulangi tiga kali.  “Yang paling kutakuti pada kalian "al ujba, al ujba, al ujba" (bangga diri)  dan nasehat Rasulullah ini justru ditujukan kepada para sahabat saleh-saleh,” tutur Arifin.

Tentu larangan Allah ini kepada hamba yang bertakwa karena sayangnya Allah kepada mereka. “Hal ini agar mereka  tidak ‘ge er’,  sombong karena ketakwaannya, agar tetap istiqamah taat, dan agar tetap tawadhu, rendah hati kepada makhluk-Na,” tutur Arifin.

Arifin melanjutkan, Rasulullah melarang seorang Muslim mencaci maki mereka yang berbuat maksiat. Mengapa? “Siapa tahu kemudian mereka malah meraih hidayah Allah, lalu bertaubat sungguh sungguh. Dan juga tidak sedikit yang tadi alim kemudian tergoda malah akhirnya paling rajin bermaksiat,” ujar Arifin.

Arifin menjelaskan,  seorang Mukmin yang mengenal Allah itu sangat mencintai Allah dan mahkluk-Nya. Ia pun sangat senang menghinakan dirinya di hadapan Rabb-nya dengan lama sujud dalam munajat di penghujung malamnya. Buahnya pun ia belas kasih, sayang, cinta, dermawan dan rendah hati pada makhluk-Nya.

“Sungguh kegelapan tidak akan terang dengan caci maki. Bawakan lentera dakwah dengan  kasih sayang, kesabaran, kalimat hikmah dan keteladanan,” kata Arifin.

Arifin menambahkan,  tidak pernah ada gelap mengalahkan yang terang. Hanya soal waktu. Karena itulah "tawashaw  bilhaqqi" (terus-menerus berpesan tentang  kebenaran) diikuti dengan  "tawashaw  bishshabri" (terus-menerus berpesan tentang kesabaran).

“Iangat batu pecah bukan karena pukulan keseribu kalinya, tetapi karena terus-menerus dipukul. Maka, setiap pukulan punya andil memecahkan keras batu itu. Begitulah dakwah,” papar  Arifin.

Karena itulah, kata Arifin,  teruslah istiqamah taat kepada Allah dengan menghidupkan sunnah-sunnah nabi-Nya. Rendahkanlah hati ini, jangan pesimis, jangan sinis, dan jangan sekali kali memvonis siapapun.  “Kewajiban kita beribadah dan berdakwah, tetapi tidak wajib hasil. Hidayah adalah hak Allah,” tutur Ustadz Muhammad Arifin Ilham.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement