REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Sekitar 2.500 santriwan/santriwati dari berbagai tingkat pendidikan di Kabupaten Banyumas, mengikuti pawai ta'aruf dalam rangka menyambut Tahun Baru 1438 Hijriyah.
Pawai yang diikuti santri dari Taman Pendidikan Alquran (TPQ), Madrasah Diniyah (Madin), siswa/siswi MTS, SMP dan SMA ini, dilakukan dengan mengelilingi Kota Purwokerto, Sabtu (2/10) malam.
Sebelum berlangsung pawai, Pemkab Banyumas sebagai penyelenggara kegiatan tersebut, juga mendahului dengan berbagai kegiatan lain.
Di antaranya, kegiatan Shalat Maghrib berjamaah di pendopo Setda Banyumas, menabuh bedug sebagai tanda melepas tahun 1437 Hijriyah, dan tasyakuran dengan memakan tumpeng bersama-sama di pendopo.
''Seluruh rangkaian kegiatan ini, kami gelar sebagai perwujudan rasa syukur kepada Allah SWT dan sebagai sarana silaturahim sesama umat Islam di Banyumas,'' jelas Kabag Kesra Setda Kabupaten Banyumas, Fatikul Ikhsan.
Bupati Banyumas Achmad Husein, dalam acara tersebut menyampaikan perayaan tahun baru Islam seharusnya lebih ramai dari perayaan tahun baru masehi, karena merupakan perayaan tahun barunya umat islam yang mengandung banyak makna.
''Untuk itu, setiap tahun saya meminta bagian Kesra untuk menginisiasi kegiatan perayaan Pemkab tahun baru Islam. Alhmdulillah, secara berangsur-angsur saat ini mulai lebih meriah,'' katanya.
Husein mengaku, untuk memeriahkan tahun baru Islam, pihaknya sempat mendapat masukan agar perayaan diramaikan dengan pesta kembang api. Namun, setelah meminta pertimbangan pada para ulama, akhirnya diputuskan untuk tidak memeriahkan dengan pesta kembang api.
''Saya sudah minta pertimbangan para kyai, dan menurutnya tidak perlu dengan perayaan kembang api karena tahun baru Islam itu berbeda dengan tahun baru Masehi. Pada perayaan tahun baru Islam, kegiatan membaca doa dan sholawat lebih utama dari sekadar pesta kembang api,'' katanya.