Jumat 30 Sep 2016 10:54 WIB

Menag: PTKI Tunjukkan Perkembangan yang Lebih Baik

Mahasiwa baru Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam (STAIPI) Bandung mengikuti kuliah ta'aruf. (Ilustrasi)
Foto: dok
Mahasiwa baru Sekolah Tinggi Agama Islam Persatuan Islam (STAIPI) Bandung mengikuti kuliah ta'aruf. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Hasil survei dan penelitian sejumlah lembaga menyebutkan, pendidikan umum Indonesia tidak berada di rengking menengah ke atas. Namun, tidak denan kondisi pendidikan Islam, karena hingga 2016 ini, Kementerian Agama memiliki Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Negeri dan swasta sebanyak 676 lembaga.

Rinciannya, kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, sebanyak 56 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) dan 620 Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS). "Gambaran angka tersebut sangat fantastis dibandingkan dengan negara manapun. Kondisi seperti ini adalah potensi sekaligus tantangan bagi umat Islam dan juga bagi Kementerian Agama. Meski sebaran kualitasnya belum merata, tetapi secara umum menunjukkan perkembangan yang menggembirakan," kata Menag saat menyampaikan orasi ilmiah pada Stadium General (SG) di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (29/9).

Dari waktu ke waktu, kata Menag, kondisi PTKI, paling tidak secara fisik, menunjukkan perkembangan yang lebih baik dan disambut dengan animo masyarakat serta peserta didik untuk melanjutkan pendidikan tinggi pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, yang terus mengalami peningkatan.

Lukman mencotohkan, saat penerimaan mahasiswa baru melalui Seleksi Prestasi Akademik Nasional (SPAN) dan melalui Ujian Masuk Tertulis (UM) Tahun 2016. Jumlah calon mahasiswa yang mendaftar sebanyak 209.195 orang dan yang diterima hanya 104.910 orang.

Namun, kata Lukman, ada catatan menarik terkait dengan peminatan calon mahasiswa terhadap pemilihan program studi (prodi). Ternyata dari 1.027 prodi yang ditawarkan, hampir di semua PTKIN, prodi Perbankan Syariah, Ekonomi Syariah, dan Hukum, Ekonomi Syariah menjadi program idola sementara prodi-prodi seperti filsafat agama, Ilmu Hadits, dan perbandingan Agama langka peminatnya.

"Melihat trend di atas, sudah seharusnya menjadi kajian serius bagi kita semua khususnya PTKIS," kata Menag. Bagi setiap PTKIS, membuka prodi baru harus betul-betul melalui kajian yang mendalam dan atas pelbagai pertimbangan, walau terkadang memang dihadapkan pada pilihan sulit.

"Reaktif mengikuti trend agar dibanjiri mahasiswa atau istiqomah dengan kekhasan kita yang dianggap langka. Dua-duanya tidak masalah sepanjang didasari argumentasi yang kuat," ujarnya.

Menurutnya, banyak calon mahasiswa baru yang harus menanggalkan cita-citanya bisa menikmati pendidikan di PTKIN. Meski demikian, hal ini menjadi berkah bagi PTKIS yang sering kekurangan mahasiswa. Terutama bagi mahasiswa yang akan menekuni ilmu-ilmu agama (Islamic Studies).

"Saya kira pilihan belajar di PTKIS terutama yang berada di lingkungan pondok pesantren lebih tepat. Disamping mereka belajar secara formal di lembaga perguruan tinggi, mereka bisa mendalami ilmu-ilmu agama melalui kajian-kajian Kutub al-Turats (kitab kuning) yang memang jawaranya ada di pondok pesantren," ujar Menag.

sumber : kemenag.go.id
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement