REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tren syariah dalam perkembangan bisnis mulai menggeliat. Tidak hanya terjadi pada bisnis keuangan dan makanan, tetapi juga pada busana, kosmetik, dan pariwisata syariah.
Asisten Deputi Pembiayaan Non Bank dan Perpajakan Kementerian Koperasi & UKM, Suprapto mengatakan tiga pilar ekonomi syariah adalah sektor riil, lembaga keuangan bebas riba, dan zakat.
“Hadirnya berbagai merk islami seperti pada busana dan kosmetik merupakan fenomena sebuah tren ekonomi syariah," katanya mewakili sekretaris Kementerian Koperasi & UKM sebagai pembicara kunci dalam focus group discussion (FGD) yang digelar Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia (LDII) di Jakarta, Rabu (28/9).
Dia menyebutkan berdasarkan hasil riset Reuters, belanja Muslim global untuk pangan saja mencapai 1,2 triliun dolar AS pada 2014 dan diprediksi akan mencapai 1,58 triliun dolar AS pada 2020.
Pasar halal global dan sektor gaya hidup halal termasuk wisata, fashion, media dan rekreasi, obat-obatan, serta kosmetik mencapai 1,8 triliun dolar AS pada 2014.
Dia pun mendorong peran ormas Islam, termasuk LDII untuk memaksimalkan peluang tersebut. Ini antaralain misalnya, ormas ini bisa menjadi induk koperasi bagi koperasi yang ada di tiap daerah.
“Jika melihat semangat UMKM ini bisa menjadi contoh gerakan ekonomi syariah secara riil melalui koperasi,” tuturnya.
Ketua DPP LDII Bidang Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat, Ashar Budiman, mengatakan FGD berangkat dari fakta bahwa perkembangan ekonomi syariah di masyarakat Indonesia, terutama keuangan syariah, tidak bergerak, alias stagnan pada kisaran 5 persen. “Kami terpanggil untuk memberi tawaran solusi,” tuturnya.
Hadir dalam diskusi yang mengambil tema “Peningkatan Sektor Riil,UKM dan Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Syariah di Indonesia” itu, para pakar dan praktisi serta perwakilan ormas Islam.