Rabu 28 Sep 2016 00:20 WIB

'Menanam Pohon, Kamu Masuk Surga'

Seorang warga menata pohon sengon (Albizia chinensis).
Foto: Antara/Jafkhairi
Seorang warga menata pohon sengon (Albizia chinensis).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh : Muhammad Alfian Khat *)

Segala puji disertai rasa cinta dan pengagungan hanya milik Allah semata. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Telah kita pahami bahwa Islam adalah agama yang luhur. Ajaran Islam mencakup segala aspek kehidupan mulai dari tata cara mengatur negara, sampai  tata cara memasuki WC (toilet). Sepakat, kita pun meyakini bahwa seluruh ajaran Islam adalah kebaikan, baik bagi diri sendiri, lingkungan maupun alam semesta seluruhnya.

Dari Sahabat Anas bin Malik ra berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam pohon atau menanam tetumbuhan kemudian burung, manusia, dan hewan ternak memakan buah-buahan dari pohon yang dia tanam kecuali hal tersebut terhitung sedekah baginya” (HR. Bukhari). Dalam riwayat Imam Muslim terdapat tambahan kalimat “dan buah-buahan yang dicuri dari pohon tersebut, maka hal itu adalah sedekah baginya” dan juga tambahan “maka hal tersebut adalah sedekah baginya sampai hari kiamat” (HR Muslim)

Memberikan pelajaran bagi kita semua tentang betapa luhurnya Islam ini. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk menanam tanaman atau pohon. Dimana hal itu menjadi sebab kelestarian lingkungan dan terwujudnya lingkungan yang asri. Belum lagi pohon-pohonan tersebut menghasilkan buah-buahan yang dapat dimakan oleh makhluk-makhluk yang membutuhkan.

Islam mengkategorikan perbuatan tanaman sebagai sedekah sebagai perbuatan yang terpuji dan pelakunya diberi pahala serta ganjaran dari Allah. Bahkan betapa luasnya kasih sayang Allah SWT, dimana tidak membatasi kaum Muslimin untuk berbuat baik kepada sesama muslim saja, akan tetapi kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada seluruh manusia bahkan seluruh makhluk hidup. Tentunya, timbangan baik dan buruk dalam masalah ini adalah kembali kepada ajaran Islam.

Menanam dan pelihara pohon

Islam menganggap pertanian sebagai mata pencaharian yang halal, utama, dan berkah. Betapa tidak, sedangkan hasil pertanian tidak saja menjadi konsumsi manusia, namun juga hewan. Sementara Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah pernah bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia ataupun binatang ternak, melainkan hal itu sudah termasuk sedekah darinya.”

Imam Muslim juga meriwayatkan hadis dari Jabir bin Abdullah bahwasanya Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman kecuali yang dimakan darinya merupakan sedekah, apa yang dicuri darinya merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh binatang buas merupakan sedekah, apa yang dimakan oleh burung merupakan sedekah, dan apa yang diambil oleh orang lain juga merupakan sedekah.” dalam lafal lain: “…Merupakan sedekah sampai akhir kiamat”

Oleh karena itu, menanam tanaman (apapun jenisnya), saya kira menjadi satu hal yang perlu kita biasakan. Lahan-lahan kosong yang ada di sekitar kita, di halaman, di pekarangan, bisa kita isi dengan berbagai macam tanaman yang mampu kita tanam. Jika hiasan di rumah maupun kantor kita masih banyak berupa tanaman palsu, bisa kita coba ganti dengan tanaman asli. Jika selama ini selepas makan buah biji yang tersisa selalu kita buang begitu saja, tak ada salahnya biji itu kita kumpulkan lalu kita tanam di suatu tempat. Meskipun biji itu tidak berhasil tumbuh, aktivitas itu sudah mendatangkan pahala untuk kita. Alhamdulillah kalau biji itu berhasil tumbuh besar dan berbuah.

Saya kira alangkah ruginya jika kesempatan beramal nyata yang sedehana seperti bercocok tanam ini kita sia-siakan begitu saja. Bahkan sosok sahabat Rasulullah SAW, Abu Darda’ pun tidak melewatkan kesempatan mengeruk pahala lewat menanam tanaman. Dalam sebuah riwayat, diceritakan seorang laki-laki bertemu Abu Darda’ yang sedang menanam pohon. Kemudian, laki-laki itu bertanya kepada Abu Darda’, “Wahai Abu Darda’, mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah tua sedangkan pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya?” Abu Darda’ menjawab, “Bukankah aku yang akan memetik pahalanya di samping untuk di makan orang lain ?”

Mari kita tiru perilaku Abu Darda’ dalam rangka mengikuti sunnah Nabi. Kita tunjukkan bahwa dunia Islam adalah dunia yang hijau. Kita buktikan bahwa kehadiran Islam mampu menjadi manfaat, mampu menjadi rahmat, mampu memberikan kontribusi positif dalam melestarikan alam, sehingga kita layak disebut sebagai rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi semesta alam.

 

*) Direktur Baitulmaal Yatim Babussalam Al-Muchtariyah Pusat Bandung

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement