REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Bersedekah tak hanya bisa dilakukan dengan uang atau harta berharga. Dengan hasil tanaman berupa buah-buahan pun bisa dijadikan amalan sederhana bernilai surga.
Pengurus Bidang Dakwah MIUMI Yogjakarta, Nanung Danar Dono menyebutkan dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّممَ عَلَى أُمِّ مَعْبَدٍ حَائِطًا ففَقَالَ يَا أُمَّ مَعْبَدٍ مَنْ غَرَسَ هَذَا النَّخْلَ أَ مُسْلِمٌ أَمْ كَافِرٌ فَقَالَتْ بَللْ مُسْلِمٌ قَالَ فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلاَ دَابَّةٌ وَلاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Nabi pernah memasuki kebun Ummu Ma’bad, kemudian Beliau bertanya, “Wahai Ummu Ma’bad, siapakah yang menanam kurma ini, seorang Muslim atau seorang kafir?” Ummu Ma’bad berkata, “Seorang Muslim .” Nabi kemudian bersabda, “Tidaklah seorang Muslim menanam tanaman lalu dimakan oleh manusia, hewan atau burung kecuali hal itu merupakan sedekah untuknya sampai Hari Kiamat.” (HR Muslim no 1552). Pada riwayat Muslim yang lain disebutkan sebagai berikut:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةةٌ وَمَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
“Tidaklah seorang Muslim menanam tanaman melainkan apa yang dimakan dari tanaman tersebut akan menjadi sedekah baginya. Apa yang dicuri dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Apa yang dimakan oleh binatang buas dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Apa yang dimakan seekor burung dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Tidaklah dikurangi atau diambil oleh seseorang dari tanaman tersebut kecuali merupakan sedekahnya.” (HR Muslim no 1552)
Ini luar biasa. Menanam tanaman yang hasilnya bisa dinikmati manusia maupun binatang, kalau kemudian hasil tanaman tersebut dinikmati manusia, atau (diambil atau dicuri) oleh hewan (hama tikus, burung, dan lain-lain), maka itu menjadi sedekah bagi yang menanamnya. Pahalanya akan tetap mengalir hingga Hari Kiamat kelak.
Maka besok lagi jangan marah atau emosi saat tanaman yang kita tanam, buahnya, bunga indahnya, atau hasil lainnya diambil orang. Ikhlaskan, maka itu menjadi bagian dari sedekah kita.
Dan berbahagialah umat Islam yang menjadi petani atau pekebun. Jika niat menanam tanaman itu ikhlas, maka itu menjadi ladang amal saleh baginya yang berbuah surga. Dalam hadits lain disebutkan, Adi bin Hatim berkata, Nabi SAW bersabda:
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ “Selamatkanlah diri kalian dari neraka walau hanya melalui sedekah dengan sebelah kurma.” (HR Bukhari no 1417)
Baca juga: Temuan Peneliti Amerika Serikat dan NASA Ini Buktikan Kebenaran Alquran tentang Kaum Ad
Rasulullah SAW menyatakan dengan sangat jelas bahwa sedekah itu meskipun sangat sedikit dan kecil nilainya (digambarkan dengan hanya separuh buah kurma), namun jika ikhlas, akan membuat Allah SWT ridha.
Jika Allah SWT sudah ridha, maka sedekah tersebut akan menjadi sebab perlindungan dari api neraka jahannam. Jika dilindungi dari neraka, maka artinya orang tersebut akan mendapat anugerah surga. Dan jika sudah masuk surga, maka dia kekal di dalamnya.
Sedekah yang terkesan sepele saja balasannya sebesar itu, apalagi jika sedekah yang nilainya lebih besar, seperti menyantuni anak yatim, menyantuni janda miskin, membayarkan hutang seseorang hamba yang terbelit kesulitan ekonomi, menolong perantau atau musafir yang kehabisan bekal dan tidak bisa pulang (ibnu sabil).