Senin 26 Sep 2016 15:53 WIB

Semarak Pengajian di Masjid ‘Bundar’ Al-Muttaqin

Rep: djoko suceno/ Red: Agus Yulianto
Masjid ‘Bundar’ Al-Muttaqin
Foto: dok. Istimewa
Masjid ‘Bundar’ Al-Muttaqin

REPUBLIKA.CO.ID, Jika melintas di Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Bandung, tepatnya di depan kantor PT Bank Negara Indonesia (BNI) wilayah Jabar, akan tampak bangunan berbentuk bundar. Meskipun posisinya berada di bagian belakang kantor BNI, namun keunikan bangunan berlantai tiga itu akan mudah tertangkap mata.

Selain berbentuk bundar, bangunan Masjid Al-Muttaqin memiliki sebuah menara setinggi lima meter dari kubah masjid berbentuk bundar. Pada bangian atas menara berwarna perak tersebut tertulis lafaz Allah SWT.

Masjid yang diresmikan penggunaannya pada 3 Januari 1998 ini, menjadi tempat ibadah paling favorit karyawan bank pelat merah tersebut. Setiap waktu shalat wajib, masjid tersebut selalu dipenuhi para jamaah, khususnya laki-laki. Selain shalat lima waktu, masjid dua lantai ini pun selalu dipenuhi jamaah saat shalat Jumat.

“Kalau shalat Jumat,  lantai dasar, lantai satu, dan lantai dua selalu dipenuhi jamaah. Tapi, kalau hari-hari biasa hanya lantai satu saja yang digunakan,” kata Dodo Widaya (46 tahun), Imam Masjid Al-Muttaqin, belum lama ini.

Menurut Dodo, yang sudah 10 tahun mengurusi masjid tersebut, sejarah tempat ibadah ini berawal dari sebuah perkampungan padat penduduk. Sekitar 1996, kata dia, lahan yang berada persis di tepi Sungai Cikapundung ini, dipenuhi rumah-rumah penduduk. Perkampungan tersebut, kata dia, berbatasan langsung dengan kantor BNI Kanwil Jabar.

“Awalnya, hanya ada sebuah mushala di kantor ini. Namun kemudian, pengurus DKM mengusulkan pembangunan masjid permanen di dalam kompleks perkantoran tersebut,” tutur pria kelahiran Kota Bandung ini.

Usulan Ketua DKM yang saat itu dipimpin H Sudarman kemudian disampaikan ke pimpinan BNI di Jakarta dan alhamdulillah disetujui. Pembangunan masjid pun mulai dilakukan pada 1997.

Menurut Dodo, desain masjid tersebut merupakan hasil rancangan arsitek lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB). Perancang masjid tersebut merupakan teman dekat H Sudarman. Posisi masjid yang berada persis di tepi sungai membuat suasana di tempat ini sangat nyaman. Ditambah lagi dengan kondisi lingkungan yang asri dengan pepohonan. “Banyak yang menilai bentuk masjid ini sangat unik. Berbentuk bundar dengan dua lantai dan basement,” ujar dia.

Ya, pengunjung yang datang ke masjid ini akan sangat terkesan dengan desainnya yang bundar. Pembagian bangunan ini cukup tertata dengan rapi. Lantai satu diperuntukan bagi kegiatan shalat wajib jamaah. Seperti masjid pada umumnya, ruangan shalat untuk perempuan disekat dengan menggunakan kain tebal.  

Ruangan lantai dua sangat nyaman untuk kegiatan ibadah shalat. Karpet warna hijau yang cukup tebal menambah kenyamanan ruangan masjid ini. Di lantai tiga, terdapat ruangan yang hampir sama dengan lantai satu. Ruangan ini digunakan hanya saat shalat Jumat. “Kalau shalat Jumat, jumlah jamaah membludak,” ujar Dodo.

Masjid ini tidak hanya dipakai untuk shalat. Sebulan sekali, tepatnya pada Kamis pekan kedua, masjid ini digunakan untuk kegiatan pengajian Dharma Wanita BNI Kanwil Jabar. Pengajian untuk seluruh karyawan dilakukan pada Rabu pekan kedua. Kegiatan ini dilakukan mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 08.00 WIB.

Masjid ini menjadi favorit karyawan bank milik pemerintah itu. Menurut R Riki (30), karyawan BNI Cabang Majalaya, hampir setiap hari dia shalat Zuhur di masjid ini. Selain tempatnya yang nyaman, masjid ini pun cukup luas dan nyaman.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement