REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna mendukung perkembangan pariwisata halal, pemerintah terus mendorong pelaku industri untuk melakukan sertifikasi halal. Karena sertifikasi halal jadi jaminan bagi wisatawan Muslim.
Ketua Tim Percepatan dan Pengembangan Pariwisata Halal (TP3H) Riyanto Sofyan mengakui, kelemahan pertama Indonesia adalah sertifikat halal. Merasa sudah halal, banyak yang merasa tidak perlu pusing mengurus sertifikasi halal. Padahal kini, setifikasi halal itu bukti kualitas dan daya saing.
Ia mencontohkan Lombok yang memenangkan World Halal Travel Awards 2015 di Abu Dhabi. Kekhawatiran berkurangnya wisatawan atau pengunjung karena Lombok jadi destinasi halal ternyata tidak terbukti. Wisatawan ke Lombok bahkan naik 50 persen.
''Maka selain sosialisasi aktif potensi wisata halal kepada para pelaku, perlu juga pembuktian,'' ungkap Riyanto usai mengumumkan pemenang Kompetisi Pariwisata Halal Nasional (KPHN) 2016 di Sofyan Hotel Betawi, Rabu (21/9).
Segmentasi dan preferensi wisata halal wisatawan Muslim bisa beragam sesuai negara asalnya. Tapi, ada tiga hal dasar yang harus dimiliki destinasi wisata yaitu atraksi ramah Muslim, amenitas ramah Muslim, dan aksesibilitas. Dalam kelompok amenitas, makanan dan minuman halal adalah hal yang amat penting.
Karena itu, salah satu tujuan KPHN yang baru pertama dilakukan pemerintan tahun ini juga untuk memacu semua pemangku kepentingan untuk komitmen mengembangkan pariwisata halal.