REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merupakan organisasai Islam terbesar di Indonesia. Belakangan, keduanya semakin sering membangun sinergi, termasuk sinergi pengelolaan zakat.
Direktur Utama LAZISMU, Andar Nubowo, mengatakan zakat memang menjadi salah satu wadah membangun sinergi yang paling baik saat ini, tidak terkecuali bagi NU dan Muhammadiyah. Maka itu, ia menilai pemanfaatan dana zakat memang memerlukan sinergi yang sangat kuat dari semua aspek, terutama lembaga-lembaga pengelola zakat seperti NU Care-LAZISNU dan LAZISMU.
"Sekarang kita (NU dan Muhammadiyah) sedang membangun ekosistem bukan egosistem," kata Andar, Selasa (20/9).
Senada, Direktur Utama NU Care-LAZISNU, Syamsul Huda, menegaskan salah satu cara hidup yang diajarkan Islam adalah berbagi, terutama dengan ketentuan yang telah ditetapkan seperti zakat. Karenanya, ia berpendapat kebangkitan zakat yang tengah didengungkan umat Islam di Indonesia, merupakan momentum tepat untuk NU dan Muhammadiyah saling memberi dukungan.
Untuk itu, ia mengaku sangat berharap sinergi yang sudah dan sedang dibangun lewat NU Care-LazisNU dan LazisMU tidak berheti setengah jalan. Sebab, lanjut Syamsul, apapun perbedaan yang dimiliki NU dan Muhammadiyah dulu dan nanti, setidaknya saat ini ada satu benang emas yang dapat membangun jembatan sinergi di antaranya keduanya, yaitu lewat zakat.
"InsyaAllah sampai yaumil akhir nanti kita bisa terus bertemu, setidaknya di urusan zakat," ujar Syamsul.
Jika telisik ke belakang, sinergi yang kuat sebenarnya sudah dicontohkan para pendiri kedua organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut, KH Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan. Belakangan, tiang-tiang penopang sinergi NU dan Muhammadiyah tampaknya mulai kembali dibangun lewat zakat, dan diharapkan dapat menciptakan jembatan yang kokoh bagi umat Islam di Indonesia. (wahyusuryana)