Selasa 20 Sep 2016 13:55 WIB

Perusahaan di Jepang Fasilitasi Kebutuhan Karyawan Muslim

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Damanhuri Zuhri
Muslim di Jepang
Foto: muhammadkustiawan.blogspot.com
Muslim di Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Makin banyak perusahaan yang menyediakan lingkungan lebih ramah bagi para pekerja Muslim. Praktik keagamaan tertentu yang kini jadi topik di sektor bisnis di Jepang jadi salah satu pertimbangannya.

"Saya sangat mengapresiasi usaha perusahaan tempat saya bekerja yang menyediakan ruang shalat," kata Nor Aliyah Binti Shukor dari Malaysia seperti dikutip Nikkei Asia Review, pekan lalu.

Nor Aliyah lulus dari sebuah universitas Jepang dan mulai bekerja di biro perjalanan Jepang yang merupakan anak usaha KNT-CT Holdings, Kinki Nippon Tourist, April lalu. Memahami Muslim harus menjalankan shalat yang diawali dengan berwudhu, Kinki Nippon Tourist merenovasi sebuah ruangan yang dijadikan mushala beserta tempat wudhunya.

Populasi Muslim di Jepang diprediksi mencapai 110 ribu jiwa di mana 10 ribu di antaranya adalah warga asli Jepang. Data Organisasi Layanan Mahasiswa Jepang menunjukkan, jumlah mahasiswa internasional dari negara-negara mayoritas Muslim di Jepang mencapai 8.500 orang pada 2015. Jumlah ini meningkat dari sekitar 5.500 mahasiswa Muslim pada 2004.

Namun, menurut CEO Halal Media Japan Akihiro Shugo, perusahaan di Jepang sering tak bisa memenuhi kebutuhan para pekerja Muslim mereka. Ia menyarankan agar perusahaan memulainya dari hal kecil seperti mempersilakan karyawan Muslim untuk shalat di ruangan bersih yang kosong.

Sektor bisnis harus bisa menghormati praktik keagamaan dalam Islam termasuk shalat Jumat berjamaah, puasa Ramadhan, dan aturan mengenai pakaian wanita Muslim. Makanan juga jadi isu besar lainnya. ''Dulu saya makan ikan bakar tiga kali sepekan,'' kata seorang pegawai Yanmar asal Uzbekistan, Shohruhbek Ibragimov.

Pilihan pria yang bekerja di perusahaan pembuat mesin itu bukan karena ikan adalah laut favoritnya, tapi karena ikan adalah pilihan paling aman untuk tetap mengonsumsi makanan yang sesuai ajaran Islam. Islam melarang para penganutnya mengonsumsi alkohol dan babi. Bumbu dan minyak tumis kadang pun mengecoh karena kadang sudah mengandung alkohol atau bahan turunan dari babi.

Setelah mengajak Ibragimov bicara, Yanmar akhirnya menyediakan menu makanan halal di kantin mereka sejak Maret lalu. Ada lima pegawai Muslim yang bekerja di kantor pusat Yanmar di Osaka dan sejumlah tamu Muslim dari beberbagai negara. Yanmar kini juga menyediakan mushala yang terbuka bagi staf dan tamu.

Sementara itu di kantor perusahaan jual beli daring asal Jepang, Rakuten, jumlah pekerja asing mencapai 20 persen dari total pegawai. Rakuten menjadikan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi kantor mereka. Menyusul relokasi kantor pusat mereka setahun lalu ke sebuah bangunan bertingkat, Rakuten kemudian menyediakan sebuah ruang shalat.

Kantin Rakuten juga menyediakan makanan halal dan makanan vegetarian bagi pekerja dari India. Untuk bisa menikmati menu khusus itu, para pekerja diminta mendaftarkan diri terlebih dulu. 65 orang di sana terdaftar sebagai pelanggan makanan halal dan hampir 100 set menu disediakan bagi staf asal India.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement