REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di antara pegunungan Meratus, sekitar 10,5 Km dari ibukota Kecamatan (Hantakan) dan 22,5 Km dari ibukota kabupaten (Barabai), melalui jalan sempit perbukitan terdapat desa bernama Patikalain. Jumlah penduduknya 588 orrang (307 orang laki-laki dan 281 org perempuan).
Agama di Desa Patikalain secara dominan masih menganut kepercayaan Animisme suku Dayak (Roh-roh nenek moyang) ritual-ritual adat Dayak sangat kental di masyarakat biasa juga disebut Hindu Kaharingan. Pada tahun 90-an masuk pengaruh Islam namun terhenti dakwah Islam memasuki tahun 2005 karena tidak tahan dengan kondisi masyarakat Dayak yang tertutup.
Tahun 2014 masuk missionaris agama lain untuk menyebarkan agamanya dan memurtadkan beberapa orang muslim Dayak dan Hindu Kaharingan. Tahun 2016 masuk kembali dakwah Islam melalui Mualaf Center Indonesia Kalimantan Selatan.
Jumlah umat Islam sekitar 46 orang (12 KK), mereka memeluk Islam sejak akhir tahun 1990, sejak ada dakwah pedalaman oleh salah satu Ormas Keagamaan di Kab. Hulu Sungai Tengah. Tapi memasuki tahun 2005 para da'i Ormas tsb keluar karena mengalami masalah dengan penduduk sekitar yang memegang tradisi ritual Dayak yang kental.
Kondisi para mualaf ini sangat memprihatinkan, minim ilmu Islam, tidak shalat, zakat, puasa, tidak menutup aurat, bahkan musholla Ar Rahim (musholla satu-satunya disana) ditinggalkan bahkan dijadikan tempat Babi dan Anjing berkumpul.
Puncaknya sekitar Tahun 2014 masuk missionaris agama lain untuk memurtadkan 4 KK muslim disana. Akhirnya berkat laporan seorang mualaf yang juga anak Balian (Ketua Adat) disana, Mualaf Center Indonesia Kalsel masuk memberikan bantuan, pembinaan, dan merehabilitasi mushala Ar Rahim menjadi Masjid Hania Khooqer (bantuan donatur MCI Pusat).
Masyarakat Patikalain adalah masyarakat Dayak Meratus yang memegang nilai-nilai budaya dan sosial adat Dayak yang kuat, terlihat dari ritual dan tradisi turun-temurunnya yang kental khas Dayak Kalimantan. Babi dan Tuak adalah salah satu hidangan khas acara-acara mereka.
"Alhamdulillah para mualaf sudah meninggalkan kebiasaan ini, kami terus berupaya mendampingi dan pembinaan ajaran Islam kepada warga yang sudah muslim" ujar Azhar, Ketua MCI Kalsel.
Rata-rata ekonomi mereka ada di kelas menengah ke bawah, Hampir semua masyarakat Patikalain berprofesi sebagai petani di sawah, kebun karet, sayur-mayur, buah-buahan, peternak ayam dan babi. Rata-rata pendidikan mereka hanya sampai SD/SMP, banyak yang masih buta huruf, tapi sebagian beberapa sudah ada yang bisa melanjutkan ke SMA dan perguruan tinggi.
Masyarakat Patikalain baru saja kembali merasakan dakwah Islam yang sempat terhenti. mereka membutuhkan banyak bantuan dan perhatian salah satunya dengan penyaluran hewan Qurban untuk menarik mualaf bahkan masyarakat Dayak pada umumnya untuk mengenal Islam yang rahmatan lil alamin.
Laznas LMI telah menyembelih hewan Qurban, Dirut Laznas LMI langsung ikut serta ke pedalaman menyaksikan proses Qurban disana. " Daerah ini memang layak mendapatkan hewan Qurban, daerah yang terpencil dan rawan aqidah, semoga daging Qurban yang dibagikan mampu menggembirakan warga, yang informasinya jarang makan daging Sapi. Berbagi Qurban Nusantara Laznas LMI menambah kokoh ukhuwah dan memperkuat aqidah di daerah ini" kata Agung Heru Setiawan, Direktur utama Laznas LMI.