REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis meluruskan pemberitaan yang dibuat oleh media asing terkait Muslim yang tidak mampu tetap memaksa berkurban dengan cara iuran.
Cholil membantah jika membeli hewan kurban satu sapi untuk tujuh orang bukan karena mereka tidak mampu. Tetapi memang syariatnya, satu sapi itu mewakili tujuh orang yang berkurban atau sama dengan tujuh kambing.
"Lebih bagus memang untuk berkurban satu orang berkurban dengan satu ekor kambing, tetapi tidak apa-apa, jika mengganti dengan sapi untuk tujuh orang, enam orang atau lima orang," jelas dia kepada Republika.co.id, Rabu (14/9).
Untuk menghindari kesalahpahaman, sebaiknya mereka yang tidak mengerti syariat Islam bertabayun lebih dulu atau mengkonfirmasi kepada mereka yang mengerti. Cholil menegaskan iuran itu wujud solidaritas bukan keterpaksaan karena tidak mampu.
Di Islam dalam berkurban itu, bagi mereka yang mampu menyembelih hewan kurban. Bagi mereka yang tidak mampu menerima hewan kurban.
Begitu juga ketika di sekolah, ketika anak-anak membayar iuran berkurban dengan jumlah seikhlasnya atau ditentukan besarannya misal Rp 10 ribu atau Rp 15 ribu. Anak-anak memang tidak wajib berkurban, tapi itu merupakan bagian dari proses pembelajaran untuk berbagi kepada sesama.
Agar setelah dewasa, setelah mereka paham makna berkurban, mereka dapat berkurban sesuai dengan kemampuan mereka. Karena kepedulian harus dipupuk sejak dini.
Dilansir dari Independent.co.uk, Selasa (13/9) menyebut keluarga muslim di Jakarta terpaksa iuran membeli hewan kurban karena sedang terjadi krisis ekonomi. Muhammad Zamroni mengatakan terlalu berat untuk membeli satu ekor sapi sendirian, sehingga dia membeli sapi iuran dengan enam tetangganya. n Ratna Ajeng Tejomukti