REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Ribuan umat Islam berkumpul di luar Masjid Lakemba Sydney, Australia untuk merayakan Hari Raya Idul Adha 1437 H. Semua Muslim Australia melaksanakan shalat Id dan berkurban di hari raya terbesar kedua umat Islam ini.
Idul Adha berarti 'pesta kurban', yang ditandai dengan puncak pelaksanaan haji di Arab Saudi. Di Australia, Idul Adha sempat diwarnai peristiwa buruk ketika seorang pria beragama Islam berusia 22 tahun didakwa melakukan aksi teror dan percobaan pembunuhan di Minto.
Umat Muslim merasa perlu menjelaskan kembali segala bentuk kekerasan tidak memiliki tempat dalam agama Islam. Hal tersebut salah satunya dilakukan oleh Jinan Kalank, seorang warga Muslim Australia.
Baca: Assad Tunaikan Shalat Idul Adha di Masjid Daraya
"Mereka menemukan orang itu adalah Muslim, namun bukan berarti dia benar-benar Muslim dan mempraktikkan ajaran Islam. Jika dia Muslim dan melakukan hal yang salah, bukan berarti Islam yang salah," ujar Kalank, dikutip dari SBS, Senin (12/9).
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Imam Masjid Lakemba, Sheikh Yahya Safi. Menurutnya, perilaku seseorang lebih penting daripada kepercayaannya.
"Hidup adalah pengorbanan. Allah SAW tidak akan membedakan manusia dari ras, warna, dan latar belakang, melainkan dari perbuatannya," kata dia.
Anggota Parlemen Muslim Lakemba, Jihad Dib juga mengutuk aksi teror yang terjadi di Minto. Ia mengatakan, Islam hakikatnya tidak ditunjukkan oleh perbuatan beberapa orang individu. "Ada beberapa orang yang melakukan sesuatu atas nama Islam. Ada juga yang bukan Islam tapi berperilaku sangat Islami," kata Dib.
Baca: Kambing Hingga Banteng Tersedia di Pakistan untuk Kurban
Anggota Persatuan Muslim Lebanon, Ahmad Malas mengatakan keragaman latar belakang di Australia menjadi kekuatan bagi negara ini untuk memerangi munculnya kelompok radikal seperti ISIS. "Tantangan dan perjuangan bukan milik satu orang dan satu kelompok, tetapi milik semua orang yang kita pikul bersama," ujarnya.
Dua hal penting dari Idul Adha, kata dia, adalah amal dan persatuan bukan hanya dengan keluarga tetapi juga dengan semua umat. Seorang siswa berusia 17 tahun, Amira El-Hache menuturkan serangan teror seperti yang terjadi di Minto bisa menyebabkan kemarahan kepada umat Muslim sepertinya. Saat itu bahkan ia merasa takut pergi meninggalkan rumahnya.
El-Hache berharap masyarakat Australia dapat memahami sifat sejati agama Islam yang penuh dengan kasih sayang. Islam tidak pernah mengajarkan tentang kekerasan dan pertumpahan darah. "Mereka harus lihat Islam yang sebenarnya, yang penuh dengan damai dan menyatukan semua orang bersama," ujar dia.