Senin 12 Sep 2016 11:00 WIB

Islam Berjaya di Siberia Sejak Abad Pertengahan

Rep: c08/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Masjid Nurda Kamal di kota Norilsk, Siberia utara.
Masjid Nurda Kamal di kota Norilsk, Siberia utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Islam mulai bersemi di Siberia sejak abad pertengahan. Kala itu, Siberia banyak didatangi oleh imigran dari Turki, Arab, dan Persia. Kehadiran para imigran itulah yang menjadi cikal bakal suku Muslim Sibir Khanate yang menghuni Siberia.

Muslim Sibir Khanate ini dikenal toleran dan terbuka terhadap dengan kedatangan bangsa lain. Karena sifat toleran yang tinggi, mereka mampu hidup berdampingan secara damai dengan masyarakat yang berbeda agama. (Baca: Ketika Islam Bersemi di Siberia)

 

Selain Muslim Sibir Khanate, kala itu Siberia juga dihuni berbagai etnis lain seperti Khanty, Mansi, Nenets, dan Selkup. Dari berbagai etnis itu, etnik mayoritas adalah pribumi Muslim Siberia. Namun, kerukunan multietnik ini hancur ketika Uni Soviet menjajah hampir seluruh wilayah Siberia.

Muslim Tatar Siberia yang masih tersisa sekarang hidup di desa-desa terpencil, seperti di Laytamak, Kukrende, Lechek, Auak, dan Kuskurgul. Bertani merupakan mata pencaharian utama mereka. Radio Free Europe pada Mei 2015 lalu melaporkan, Muslim Tatar ini hidup dengan fasilitas yang sangat minim. Permukiman mereka juga sulit dijangkau alias jauh dari permukiman modern yang disokong pemerintah dan pihak swasta.

Kini, 417 tahun setelah Rusia menginvasi Kerajaan Muslim Sibir pada 1598, populasi Muslim Tatar di Siberia tinggal sedikit sekali. Menurut Sensus Rusia 2010, jumlah mereka hanya tinggal 6.779 orang. Padahal, pada Sensus 2002, jumlah mereka masih 242.325 orang.  Diyakini, penurunan tajam komunitas Muslim di Siberia disebabkan oleh pembersihan etnik yang dilakukan Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement