Selasa 06 Sep 2016 13:26 WIB

Fenomena Kurban tak Terkait Tingkat Kesejahteraan

Rep: Rizki Suryarandika/ Red: Agung Sasongko
Kurban
Foto: Irwan Kelana/Republika
Kurban

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peniliti Zakat UIN Syarif Hidayatullah Amelia Fauzia menyebut fenomena ibadah kurban tidak mempunyai hubungan langsung dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Sehingga tingkat berkurban tak akan menurun di tengah harga hewan kurban yang merangkak naik.

"Fenomena berkurban itu kadang tidak terkait langsung dengan tingkat kesejahteraan, jadi ini fenomena akan terus meningkat, bahkan di saat ekonomi yang tidak baik seperti krisis ekonomi," katanya kepada republika.co.id, Selasa (6/9).

Ia mencontohkan fenomena masyarakat dalam berderma malah meningkat ketika Indonesia mengalami krisis di tahun 1998. Ia menilai fenomema meningkatnya kesadaran berbagi saat terjadi krisis ekonomi terbilang lumrah di dunia.

"Berderma itu malah meningkat misalnya saat Indonesia krisis tahun 1998. Jadi tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di semua tempat, waktu krisis malah orang hyang berderma dalam bentuk apapun meningkat," ujarnya.

Meski tak bisa disebut secara langsung mengurangi kemiskinan, proses berderma yang juga diajarkan dalam berkurban ikut mengambil peran. Ia pun menyebut ibadah kurban sepatutnya tak hanya dianggap sekedar memotong hewan kurban, melainkan bagian proses panjang dari rangkaian mengurangi kesenjangan ekonomi.

"Lembaga-lembaga seperti Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, PKPU membuat kurban lebih efektif membantu kurangi beban kemiskinan. Jadi bukan hanya sekedar potong hewan kurban, ini ada proses panjang melibatkan banyak orang," ucapnyya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement