Senin 05 Sep 2016 19:31 WIB

Islam di Albania Mayoritas Tapi Sekuler

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Muslim Albania
Foto: Antara
Muslim Albania

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Islam merupakan agama terbesar di Albania. Pada 2009, sebuah studi demografi Pew Research Center menyebutkan, jumlah Muslim di Albania sebesar 79,9 persen dari populasi. Atau sekitar 2,5 juta jiwa.

Namun, jajak pendapat Gallup memberi penjelasan persentase Muslim hanya 43 persen, 19 persen Ortodoks Timur, 15 persen Katolik, dan 23 persen ateis atau tidak beragama.

Laporan Internasional Kebebasan Beragama yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS 2009, yang memuat deklarasi tentang kebebasan beragama di Albania menyebutkan, konstitusi di negara konstitusi memberikan kebebasan beragama, dan undang-undang serta kebijakan lainnya yang telah berkontribusi secara umum pada praktik kebebasan beragama.

Pemerintah secara umum menghormati praktik kebebasan beragama. Hukum di semua tingkatan secara penuh melindungi hak ini dan terhadap penyalahgunaan, baik dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Sikap Pemerintah Albania sudah jelas, yaitu sekuler, tidak ada agama resmi negara, semua berkedudukan sama.

Namun, komunitas agama yang dominan, yaitu (Sunni Muslim, Bektashi, Ortodoks, dan Katolik) menikmati pengakuan resmi lebih tinggi dari pemerintah, seperti hari libur nasional. Sebagian besar Muslim di Albania adalah etnis Albania. Terdapat juga kelompok etnis Romani. Etnis Romani merupakan minoritas di Albania.

Namun, keberadaan mereka terletak di seluruh Albania dan sering bertempat tinggal di kota-kota besar, membentuk populasi minoritas yang signifikan. Amila Buturovic dalam European Islam menjelaskan, masyarakat Romani kurang beruntung secara ekonomi dan seringkali dihadapi dengan diskriminasi. Setelah runtuhnya rezim komunis di Albania, identitas nasional Albania dibangun sebagai negara beragama dan berdasarkan kebangsaan serta kesatuan.

Kendati demikian, masih ada perlakuan yang berbeda antara Muslim Albania dan Kristen yang ada di tingkat lokal. Selama krisis sosial-politik dan ekonomi di Albania pada 1997, perbedaan agama tidak terlalu berperan dalam menyebabkan kerusuhan yang terjadi di negeri tersebut. Meskipun begitu, Gereja Ortodoks di Albania pada saat itu secara pribadi mendukung kejatuhan Pemerintah Berisha yang terdiri atas Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement