REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu hari setelah selesai hadir dalam majelis ilmu yang diikuti para sahabat, sebelum beranjak ke rumahnya, Rasulullah SAW menyempatkan diri mengunjungi kediaman putrinya, Fatimah az- Zahra. Setelah mengucapkan salam, Rasulullah sedikit kaget mendengar jawaban salam Fa timah yang nadanya berat tidak seperti bia sa.
Ada apa kiranya yang membuat suara putri semata wayangnya tersebut berubah? Setelah pintu terbuka, Rasulullah tahu penyebab mengapa suara putrinya itu terdengar berat. Ternyata, ia tengah menggiling gandum sembari menangis. Penggilingan yang dimiliki Fatimah itu terbuat dari batu.
Melihat keadaan tidak biasa itu, dengan lembut Rasulullah SAW mendekat dan bertanya, Wahai putriku Fatimah, apa yang me nyebabkan engkau menangis?
Semoga Allah SWT tidak menyebabkan matamu menangis. Sambil terisak-isak, Fatimah menjawab, Ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumah tanggalah yang menyebabkan saya menangis.
Rasulullah mendekati Fatimah, lalu beliau duduk di sisi putrinya yang sedang bekerja menggiling syair. Setelah mengetahui Rasulullah duduk di sampingnya, Fatimah menyampaikan keluh kesahnya tentang pekerjaannya menjadi ibu rumah tangga untuk disampaikan kepada suaminya, Ali bin Abi Thalib.
Ayahanda sudikah kiranya Ayahanda meminta Ali mencarikan untuk ananda seorang pembantu, menolong menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah, ujar Fatimah.
Mendengar perkataan Fatimah, Rasulullah bangun dari samping Fatimah dan mendekati penggilingan. Kemudian baginda Rasulullah mengambil gandum dengan tangannya yang diberkati lagi mulia.
Dan diletakkannya di dalam penggilingan itu seraya mengucapkan bismillah. Atas izin Allah SWT, penggilingan itu seketika berputar dengan sendirinya. Rasul meletakkan gandum ke dalam penggilingan yang sedang dipegang putrinya itu dengan tangan beliau. Sementara, penggilingan itu terus berputar tanpa digerakkan oleh Fatimah dan seraya bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa sehingga habislah butir-butir gandum itu tergiling halus.
Rasul berkata kepada gilingan tersebut, Berhentilah berputar dengan izin Allah SWT. Dengan segera penggilingan itu berhenti berputar lalu berkata-kata. Semua dengan izin Allah SWT yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata.
Penggilingan itu berkata, Wahai Rasulullah, demi Allah, Tuhan yang telah menjadikan Baginda dengan kebenaran sebagai nabi dan rasul-Nya. Kalaulah Baginda menyuruh hamba menggiling gandum dari Timur dan Barat, niscaya hamba gilingkan semuanya.
Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah SWT suatu ayat yang berbunyi, 'Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan- Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan.
' Karena ayat itulah, maka hamba takut, wahai Rasulullah, kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka. Mendengar perkataan dari batu gilingan itu, Rasul bersabda, Bergembiralah karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fatimah di dalam surga. Kabar gembira tersebut membuat penggilingan berbahagia.