Sabtu 20 Aug 2016 21:06 WIB

Pengembangan Pendidikan Islam Butuh Peran Ormas

Ponpes Gontor menerapkan sistem pendidikan siswa menginap di asrama selama 24 jam.
Foto: Antara
Ponpes Gontor menerapkan sistem pendidikan siswa menginap di asrama selama 24 jam.

REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Rektor Universitas Mathla'ul Anwar (Unma) Banten Prof Dr Bambang Pranowo menyatakan peran organisasi keagamaan sangat diperlukan dalam mengembangkan lembaga pendidikan Islam.

"Di Indonesia peran itu sudah 'diambil' oleh tiga organisasi keagamaan terbesar, yakni Muhammadiyah, Mathla'ul Anwar dan Nahdlatul Ulama (NU)," katanya pada acara International Seminar dengan tema "The Role Of Islamic Organization on Education" di Kampus Unma Pandeglang, Banten, Sabtu (20/8).

Menurut dia, pengembangan pendidikan Islam tidak bisa lepas dari madrasah dan masyarakat, dan tidak bisa hanya tergantung dari pemerintah. Berangkat dari itulah Muhammadiyah, Mathla'ul Anwar dan Nahdlatul Ulama mendirikan lembaga pendidikan mulai dari madrasah diniyah sampai universitas.

Untuk Mathla'ul Anwar, kata dia, sampai saat ini sudah memiliki 2.000 madrasah yang tesebar di 22 provinsi di Indonesia, sedangkan universitas baru satu, yakni Unma yang berlokasi di Cikaliung, Pandeglang, Banten.

Mathla'ul Anwar yang didirikan 10 Ramadhan 1334 Hijriah atau 10 Juli 1916 oleh KH E Mohammad Yasin, KH Tb Mohammad Sholeh, dan KH Mas Abdurrahman serta dibantu oleh sejumlah ulama dan tokoh masyarakat di daerah Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Mathla'ul Anwar didirikan berselang empat tahun setelah berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding NU. Muhammadiyah dirikan pada 18 November 1912 di Kauman Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan dan NU pada 31 Januari 1926 di Surabaya Jawa Timur oleh KH Hasyim Asy'ari.

"Sudah cukup lama Mathla'ul Anwar mengelola lembaga pendidikan, dan akan terus dilakukan tentunya dengan dukungan semua pihak dan kerja sama dengan berbagai lembaga pendidikan/universitas dalam dan luar negeri," ujarnya.

Sementara Prof Madya Dr Mohd Yahya Bin Arifin, dari Universiti Sains Islam Malaysia menyatakan pentingnya media dalam mendorong perkembangan pendidikan tinggi. "Di Malaysia media memberikan ruang bagi pendidikan tinggi. Ada satu halaman pada hari tertentu yang dikhususkan memuat berita berkaitan dengan pendidikan tinggi," katanya.

Dari sisi pemberitaan, kata dia, ada sembilan poin yang berkaitan dengan pendidikan tinggi yang disajikan oleh media di Malaysia, diantaranya berkenaan dengan program pemerintah, beasiswa sampai pencarian pekerjaan bagi lulusan perguruan tinggi.

"Bahkan ada media yang memberikan beasiswa bagi lulusan sekolah setingkat SMA untuk melanjutkan pendidikan S1 (kuliah)," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement