REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Karakol didirikan pada 1907 dan diresmikan pada 10 Mei 1910. Masjid ini dirancang oleh seorang arsitek asal Cina bernama Chou Seu. Ia melibatkan lebih dari 30 pengrajin kayu dan batu untuk menyempurnakan struktur dan dekorasi masjid.
Luas keseluruhan masjid 24 x 15 meter, dengan ketinggian bangunan 4,15 meter. Garis etnis yang masih mengakar dengan Muslim Hui menjadikan gaya masjid ini sangat kental dengan arsitektur Cina. Secara keseluruhan, pembangunan masjid membutuhkan waktu selama tiga tahun.
Struktur masjid sebagian besar terbuat dari kayu, terutama pada bagian atap dan pilar/kolom-kolomnya. Uniknya pengikat antarstruktur kayu itu tidak menggunakan paku sama sekali. Sedangkan pada bagian dinding, sepenuhnya menggunakan batu bata merah yang dibakar.
(Baca: Masjid Karakol Mirip Kuil di Tibet)
Salah satu yang cukup mengagumkan dari sisi arsitektur pada bangunan masjid ini adalah bagian dari ukiran kayu pada langit-langit dan persilangan kolomnya. Pada awalnya semua bagian utama dari struktur dipilih dari berbagai kayu terbaik, mulai dari cemara, poplar, elm, dan spesies asli lain kayu disiapkan.
Sedangkan pada bagian ukiran menggunakan kayu pohon kenari. Dekorasi pada ukiran langit-langit masjid ini dikerjakan sangat detail dan halus. Dari struktur ukiran kayunya yang dihias dengan berbagai warna, mencitrakan campuran ekletik bukti akulturasi masa lalu Buddha pra-Islam di dalamnya. Ini terlihat dari adanya simbol khas Buddha, seperti buah delima, roda api, dan beberapa pola ukir bahkan seperti gambaran hewan mitologi, seperti burung poenix dan naga.
Ciri khas masjid ini adalah jumlah kolomnya yang cukup banyak, setidaknya total terdapat 42 kolom yang terdiri dari 30 kolom sebagai penyangga pada bagian luar masjid dan 12 kolom pada bagian dalam masjid. Warna tradisional merah, hijau, dan kuning memberikan kecerahan ke bentuk asli bangunan. Walaupun tidak memiliki minaret seperti masjid pada umumnya, masjid ini memiliki sebuah pagoda kecil dari kayu yang menggantikan fungsi minaret sebagai tempat pengumandang azan.