REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Thabita Lidia Sarahwati menderita tuna rungu. Namun, kekurangannya itu tak berarti sulit mendengar panggilan hidayah.
Ada satu ayat yang membuat Thabita mencari kebenaran tentang Tuhan Semesta Alam. Ia melihat terlalu banyak kontradiksi dalam agama lamanya.
Akhirnya jawaban itu hadir dengan seringkali Thabita mimpi Alquran dan lafaz Allah. Setelah mempelajari dan menemukan kebenaran bahwa Tuhan itu Esa, atas keinginannya sendiri Thabita menghubungi Tim Mualaf Center Indonesia (MCI) dan minta disyahadatkan di mushala di tempatnya bekerja.
"Syahadatain di lakukan di mushala Transmart Cimahi bersama saya dan syahadat disaksikan oleh rekan - rekannya, dengan syahadat ini sekarang jelas keislamannya dan kita wajib memenuhi hak-haknya," ungkap Hanny Kristianto, yang menjadi saksi syahadat Thabita, seperti dikutip dari akun facebook mualaf.com, Senin (15/8).
Menurutnya, puluhan penderita tuna rungu yang tersebar di seluruh Indonesia bersyahadat sejak sebelum Ramadhan 1437 H lalu. "Kita doakan semua mualaf istiqomah dan menjadi Muslim/Muslimah yang kaffah. Aamin," katanya.
Setelah keluarganya mengetahui Thabita sudah masuk Islam, Thabita mengalami perlakuan tak pantas. Ia pun menyelamatkan diri, tanpa bekal dan tanda pengenal.
"Thabita berjalan kaki sepanjang malam dari Bandung sampai Padalarang.. saat beristirahat di emper jalan, dia bertemu orang baik yang meminjamkan ponselnya untuk menghubungi saya," kata Hanny.
"Saat kami jemput Thabita terlantar dipinggir jalan ditrotoar di sebelah tukang tambal ban, menangis, kelaparan, kesepian, kesakitan"
Alhamdulillah, saat ini Thabita sudah tenang dan aman, Thabita sedang belajar shalat dan akidah, syariah (ibadah dan muamalah) serta adab Islam didampingi dan dibina team muslimah Masjid Darussalam Kota Wisata di safety house Mualaf Center Darussalam.
Sumber: Mualaf.com