Jumat 12 Aug 2016 20:00 WIB

Masjid Hulhulemale, Kebanggaan Umat Islam Maladewa

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Masjid Hulhulemale
Foto: Wikipedia
Masjid Hulhulemale

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam di Maladewa telah dikenal sejak abad ke-12 lewat interaksi pedagang Arab, Muslim Gujarat, dan Mughal di wilayah ini. Sejarawan Muslim terkemuka asal Maroko, Ibnu Battutah, bahkan mengungkapkan, pada 1153 Muhammad el Adil merupakan sultan pertama di Maladewa yang memeluk Islam setelah sebelumnya raja-raja di Maladewa memeluk agama Buddha.

Beberapa nama sultan setelahnya, seperti Sultan Hatidje, Sultan Maryam, dan Sultan Fatma Dayin pun dikenal sebagai bagian dari Kesultanan Maladewa. Dari kesultanan Maladewa itulah wilayah gugusan atol ini kemudian secara mayoritas menjadi negara berpenduduk Muslim hingga kini.

Selain bangunan Masjid Hulhulemale yang dianggap secara struktur masih baru, terdapat beberapa bangunan masjid yang telah lebih dulu berdiri di wilayah Maladewa ini. Di antaranya Masjid-al-Sultan Muhammad Thakurufaanu Al Auzam atau yang juga dikenal dengan Islamic Centre Maldives. Dan sebuah masjid tertua, Hukuru Miskiy, yang berdiri sejak 1658 dan kini tercatat sebagai warisan dunia UNESCO.

Pada era kolonialisme, Kesultanan Maladewa beberapa kali di bawah kekuasaan Belanda dan Inggris. Pada 1953 Inggris kemudian membekukan sistem Kesultanan di Maladewa hingga kemudian Maladewa merdeka pada 26 Juli 1965 dari kekuasaan Inggris dan menjadi negara republik. Tiga tahun setelah merdeka, sistem Kesultanan Maladewa secara resmi dihapuskan dan pemimpin pemerintahan bangsa ini dipilih secara demokratis.

Masjid Megah

Gugusan atol atau pulau cincin karang topis menjadi daya tarik yang tidak terpisahkan dari negara Republik Maladewa. Negara yang berada di Samudra Hindia ini merupakan salah satu dari empat negara berpenduduk mayoritas Muslim di kawasan Asia Selatan. Tidak heran bila di pulau utama di Maladewa terdapat beberapa bangunan masjid megah penting bagi umat Islam di negara gugusan atol ini.

Salah satu kawasan penting adalah Hulhulemale, yang merupakan pengembangan pulau atol hasil reklamasi yang berada di satu kawasan dengan bandara internasional Maladewa. Kawasan ini dan berada empat kilometer di utara ibu kota Maladewa, Male.

Hulhulemale merupakan wilayah pengembangan dari selatan ibu kota Male. Area ini terdapat di kawasan atol Kaafu. Kondisi geografis Maladewa, yang terdiri dari pulau atol dan dataran yang hanya kurang dari 10 persen dari jumlah lautannya, membuat Pemerintah Maladewa melakukan berbagai proyek reklamasi atol besar-besaran.

Di kawasan Huluhulemale pada 1997 dilakukan reklamasi pantai secara besar-besaran oleh Kementerian Infrastruktur dengan pengembangan area Distrik Hulhulemale bertujuan dijadikan kota satelit. Area ini diperuntukkan sebagai permukiman dan pengembangan komersial yang dapat menampung lebih banyak penduduk hingga lebih dari 30 ribu jiwa.

Di Hulhulemale ini juga dibangun sebuah masjid megah yang menjadi kebanggaan Muslim Male dan Maladewa. Masjid ini lebih dikenal dengan Masjid Hulhulemale. Masjid Hulhulemale ini dibangun atas bantuan Pemerintah Qatar dan dirancang dengan arsitektur yang diharapkan mampu menjadi landmark gugusan atol wilayah utara Maladewa.

Keunikan arsitektur Masjid Hulhulemale ini terlihat jelas pada kubah emasnya yang cukup besar dan ketinggian minaretnya. Masjid Hulhulemale diresmikan pada 2006 atau dua tahun setelah proyek reklamasi dan pengembangan kota baru selesai. Presiden Maladewa saat itu Maumoon Abdul Gayoom. Pemerintah Maladewa pun menjadikan Masjid Hulhulemale sebagai salah satu masjid utama masyarakat Maladewa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement