Rabu 03 Aug 2016 21:27 WIB

Fesyen Islam Bisa Jadi Adibusana

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Achmad Syalaby
Festival Fesyen Islam pertama yang digelar di Manila, Filipina, Rabu (29/2)
Foto: gmanews.tv
Festival Fesyen Islam pertama yang digelar di Manila, Filipina, Rabu (29/2)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Fesyen Islam dinilai sangat mungkin menjadi adibusana (haute couture) dengan keeleganannya tanpa menghilangkan unsur budaya yang  diusung. Pengembangan fasyen Muslim pun tak cuma bicara uang, tapi juga orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Berasal dari salau satu negeri pusat mode, Creative Director Infinita Group Italia, Barbara Nicolini menilai fasyen Muslim sangat bisa menjadi haute couture karena keeleganannya. Gaya yang dihasilkan pun bisa beragam sesuai karakter penggunanya.

Di Italia, dua tahun lalu fesyen Islam masih asing. Saat ini, fesyen Muslim sudah cukup dikenal. Bahkan di jalan-jalan di Milan, banyak Muslimah berpakaian elegan dengan tetap menutup aurat. ''Kini bahkan banyak yang mencari kulanter atau seseorang yang dibayar sebuah perusahaan fesyen untuk mencari tahu street fesyenapa yang sedang digandrungi,'' kata Barbara dalam diskusi 'Can Islamic Fashion Become Haute Couture?' di Forum Ekonomi Islam Dunia (WIEF) ke 12 di JCC,  Jakarta, Rabu (3/8).

Di satu sisi, mengembangkan fashion Muslim di Barat butuh usaha lebih. Menemukan investor yang tepat adalah bagian penting dalam pengembangan fashion. Ada crowd fund yang kini ramai dan bisa masuk ke aneka sektor, termasuk fesyen Muslim.

Media jadi penting untuk menunjukkan karya-karya baru para perancang busana. Peragaan busana di yang digelar di Italia, kata Nicolini, busana yang ditampilkan belum tentu yang akan dijual karena peragaan busana hanya untuk memberi inspirasi calon konsumen. Ini membuka peluang improvisasi pada mereka yang butuh fesyen Muslim.

Creative Director IKAT Indonesia, Didiet Maulana, Indonesia punya 20 juta Muslimah berkerudung kecenderungan pilihan gaya variatif, mulai yang sederhana hingga yang premium. Karena itu, terbuka pula peluang bagi para perancang busana untuk menghasilkan karya yang variatif pula.

''Penting bagi perancang busana untuk memerhatikan basis konsumennya. Beberapa konsumen IKAT adalah Muslimah berkerudung yang menginginkan gaya yang sesuai. IKAT ingin bisa melayani mereka. Tapi IKAT juga tidak hanya menyediakan koleksi khusus Muslimah, jadi lebih luas,'' tutur Didiet.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement