Selasa 02 Aug 2016 15:44 WIB

Lima Perintah untuk Nabi Khidir

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Dalam Alquran Nabi Musa dan Nabi Khidir bertemu di sebuah lokasi (Ilustrasi)
Dalam Alquran Nabi Musa dan Nabi Khidir bertemu di sebuah lokasi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tugas seorang nabi dan rasul ialah menyampaikan ajaran Islam. Jumlah nabi menurut sejumlah riwayat ada sekitar 124 ribu. Sementara, jumlah rasul berada pada kisaran 312 orang.   

Alquran menyebutkan bahwa pengajaran dan tarbiyah merupakan tujuan dari pengutusan para nabi dan rasul menyampaikan pengetahuan dan hakikat yang tidak terjangkau oleh akal manusia.   

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Pelajaran secara tersirat seperti dinukilkan oleh Abu Laits as-Samarqandi, seorang ahli fikih, pernah dialami oleh seorang nabi yang bukan rasul. Nabi yang dimaksud adalah Khidir. Pelajaran yang pernah diwahyukan kepada Nabi Khidir erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari kita saat ini.

Seperti dikisahkan Jurnal 1001 Kisah Teladan Muslim, nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi mendapat perintah. Perintah tersebut berbunyi: "Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghala ke barat." Begitu bunyi bait pertama kepada Nabi Khidir. 

Masih di dalam tidurnya, Nabi Khidir menerima lima perintah yang harus dikerjakannya dengan segera jika ingin mendapatkan ridha Allah SWT. "Engkau juga dikehendaki berbuat, pertama apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua engkau sembunyikan, ketiga engkau terimalah, keempat jangan engkau putuskan harapan, dan yang kelima larilah engkau daripadanya." 

Pada keesokan harinya, Nabi Khidir itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat. Baru beberapa kilo keluar dari rumahnya, Nabi Khidir dipertemukan dengan perintah pertama. Namun, Nabi Khidir bingung karena yang diperintahkan pertama itu adalah memakannya. Sementara, yang ia temui adalah sebuah bukit. Karena kebingungan itu ia bergumam dalam hatinya.   

"Aku diperintahkan memakan pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan."

Maka nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika ia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti.

Maka Nabi Khidir itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Ia pun mengucapkan syukur.

"Alhamdulillah, perintah pertama sudah aku kerjakan. Semoga Allah memudahkan pelajaran yang tersirat ini," katanya.  

Setelah menyelesaikan perintah pertama, Nabi Khidir meneruskan perjalanannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas.

Ia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan. Untuk itu, ia bersegera menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu dan kemudian ia tinggalkan begitu saja.

Setelah meninggalkan beberapa langkah, tiba-tiba mangkuk emas itu keluar seperti semula. Nabi itu pun menanamkannya kembali. Kejadian itu berulang-ulang hingga tiga kali berturut-turut. Maka berkatalah Nabi Khidir. "Aku telah melaksanakan perintah-Mu ya Allah." 

Lalu ia pun meneruskan perjalanannya. Anehnya, ia kembali mengalami peristiwa serupa. Tanpa disadari Nabi Khidir, mangkuk emas tersebut untuk kesekian kalinya keluar dari tempat ditanam.

Namun, Nabi Khidir kali ini tidak memedulikannya. Ketika ia sedang berjalan, tiba-tiba ia melihat seekor elang sedang mengejar seekor burung kecil.  

Kemudian burung kecil yang terlihat kelelahan itu menghampiri Nabi Khidir dan berkata. "Wahai Nabi Allah, tolonglah aku," pintanya dengan napas tersengal-sengal .

Mendengar permintaan burung yang memelas itu, Nabi Khidir pun langsung meraih burung itu dan memasukkannya ke dalam bajunya agar tidak diterkam elang yang sedang lapar itu.

Namun, elang mengetahui kalau mangsanya telah disembunyikan oleh sang Nabi. Elang pun datang menghampiri Nabi Khidir dan berkata, "Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh karena itu, janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku."

 

Karena dua-duanya membutuhkan pertolongannya, Nabi Khidir pun sempat kebingungan. 

Namun, ia teringat pesan dan arahan keempat yang muncul dari mimpinya, yaitu hendaknya ia tidak memutuskan harapan.

Akhirnya ia membuat keputusan untuk mengambil pedang lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada elang itu.

Setelah mendapat daging itu, elang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskannya ke alam bebas.

Usai kejadian itu, Nabi Khidir meneruskan perjalanannya. Tidak lama kemudian ia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya. Ia pun bergegas lari dari situ karena tidak tahan menghirup aroma yang sangat menyengat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement