REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Pada Pagi tadi, tepat pada pukul 05.30 tanggal 12 Mei 2016, kembali, Pesantren Pembinaan Muallaf Yayasan Annaba Center Indonesia menjadi tempat untuk membimbing syahadat. Adalah Yulianus Patris Hamon, pria kelahiran Luwuk, 17 Maret 1994 silam memilih untuk memeluk Islam dan dibimbing langsung pimpinan pesantren KH. Syamsul Arifin Nababan.
Patris mengaku sudah dua tahun lebih tertarik pada Islam. Ia melihat perbedaan tata cara beribadah pada agama lamanya, Katholik, dengan Islam amatlah sangat mencolok. Menurutnya, dalam doktrin agama Katholik, ibadah maghdhoh hanya dilakukan pada hari minggu saja, tepatnya satu minggu sekali, dan dengan beribadah satu minggu sekali tersebut umat Katholik sudah dijamin masuk surga.
Jauh berbeda dengan Islam. Ibadah yang dilakukan dalam ajaran Islam tidak cukup hanya satu minggu sekali, yakni pada hari Jumat. Lebih dari itu, ibadah maghdhoh yang harus dilakukan oleh umat Islam salah satunya adalah shalat lima kali dalam sehari semalam, dan tidak ada jaminan masuk surga dalam Islam dengan shalat yang dilakukan oleh umatnya.
“Saya sangat terkejut ketika mengetahui dengan peribadatan yang dilakukan oleh umat Muslim belum menjadikan mereka masuk surga, berbeda dengan di agama Katholik, semua penganutnya masuk surga. Saya kemudian bertanya, bukankah masuk surga itu tidaklah mudah? Kita harus benar-benar menghamba kepada Tuhan agar Dia memberikan suurga-Nya kepada kita. Bagaimana orang-orang yang tidak menghamba bisa masuk ke dalam surga?”, tanya Patris.
Pimpinan pesantren Annaba Center, KH. Syamsul Arifin Nababan memberikan berbagai penjelasan mengenai perbedaan antara Islam dengan Katholik. Beliau memberikan pencerahan kepada Patris dalam sebuah dialog satu hari yang lalu, dan melalui dialog tersebutlah kemudian Patris tercerahkan serta keinginannya untuk memeluk Islam semakin kuat. Kini, pemuda yang berasal dari desa Luwuk, Nusa Tenggara Timur itu telah mengucapkan kalimat syahadat dan mengganti nama menjadi Hafiz Yazid.