Jumat 15 Jul 2016 18:28 WIB

Ibadah Ramadhan Bentengi dari Perbuatan Buruk

Rep: Sri Handayani/ Red: Damanhuri Zuhri
H Zakky Mubarok
Foto: Risalah NU
H Zakky Mubarok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zakky Mubarok mengungkapkan, tempaan ibadah selama Ramadhan seharusnya dapat menunjukkan jati diri umat Islam.

Ini merupakan salah satu misi Ramadhan. Ibadah yang dilakukan hendaknya membentengi umat Islam dari perbuatan buruk selama sebelas bulan berikutnya.

Umat Islam hendaknya menghindarkan diri dari berbuat kerusakan bagi diri sendiri, sesama Muslim, umat beragama lain, maupun bagi alam semesta. "Dengan begitu akan terjadi peningkatan signifikan dalam diri umat Islam dan akan membawa kemajuan," ujar Kiai Zakky.

Sekretaris Umum (Sekum) Persatuan Islam (Persis) Ustaz Irfan Syafruddin mengatakan ada tiga kategori amalan yang harus dijaga setelah Ramadhan. Pertama, amalan badaniyah.

Amalan ini terkait dengan apa yang dilakukan anggota tubuh, seperti shalat berjamaah di masjid, shalat malam, shalat witir, dan membaca Alquran. "Yang sering dilupakan juga amalan sunah. Membaca satu hadis per hari," kata Ustaz Irfan.

Kedua, amalan maaliyah. Ibadah ini berkaitan dengan harta, seperti zakat, infak, dan sedekah. Amalan ini perlu dilanggengkan mengingat kebutuhan anak yatim dan fakir miskin tak hanya muncul di hari raya Idul Fitri.

Sedekah hendaknya dipikirkan sejak seseorang terbangun dari tidur di pagi hari. Ini tak harus diwujudkan dalam bentuk uang atau harta benda yang memberatkan, namun dapat dimulai dari apapun yang dimiliki. "Misal punya kopi, kita sedekahkan kopi," kata Ustaz Irfan.

Ketiga, amalan spiritual, yaitu bersabar dan menahan amarah. Ini merupakan puncak amalan tersulit. Dari ketiga macam amalan di atas, bagian terpenting adalah istikomah dalam menjalankan semua ibadah yang dilakukan.

Hal baik lain yaitu membiasakan diri dengan amalan sunah yang disukai. Namun ini tetap harus dilakukan dalam koridor syariah.

Ustaz Irfan mencontohkan seorang Muslim mungkin sangat senang melakukan shalat tahiyatul masjid. Ia tak boleh melakukan shalat tahiyatul masjid setiap kali masuk masjid, sebab amalan tersebut hanya berlaku bagi orang yang masuk masjid untuk melakukan shalat.

Walau tak tergantung pada komunitas, kehadiran orang-orang yang mendukung kita dalam beribadah menjadi satu nilai positif. Oleh karena itu, setiap Muslim perlu membangun lingkungan yang kondusif untuk beribadah. Cara ini dapat diawali dengan mengajak keluarga dan sahabat untuk beribadah bersama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement