REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Seorang pria asal Queensland Utara, Australia, Colin Hofmeier mengatakan, ia bersyukur tetangga mengundangnya ke sebuah masjid untuk belajar tentang makna iman. Colin bangga mempejari tentang agama yang dianut orang lain. Pembelajaran ini dapat mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.
"Kami memiliki keluarga Muslim yang tinggal di sebelah kami yang kami temukan hanya orang-orang cantik," kata Colin, seperti dilansir abc.net.au, Rabu (14/7).
Colin mengungkapkan, dirinya antusias atas undangan dari tetangga Muslimnya. Ia dan istrinya, Debra berada di antara puluhan orang yang hadir di acara open mosque di Mackay pada hari Minggu.
“Ada banyak sekali orang berlalu lalang di jalan dekat masjid. Ini adalah kesempatan kami untuk datang dan melontarkan pertanyaan tentang perspektif agama tentang kebenaran,” ujar Colin.
Menurut Colin, Muslim tidak semuanya buruk. Colin menyaksikan secara langsung pada kesempatan yang didapatnya dan melihat tanda-tanda tentang Islam pada orang-orang yang ditemuinya.
Sebagai bagian dari acara tersebut, pamflet berisi informasi diberikan kepada orang-orang sekitar masjid agar tertarik untuk belajar lebih banyak tentang Islam. Dalam persiapan untuk memberikan pemahaman lebih lanjut kepada mereka yang tertarik dan hadir di acara tersebut, juru Bicara Dewan Islam Queensland, Ali Kadri juga hadir dan membantu menjawab sejumlah pertanyaan dari para peserta acara.
“Terkadang orang takut dengan apa yang mereka tidak ketahui,” ujar Kadri.
Kadri mengatakan, ide lahir untuk memungkinakn orang datang ke masjid dan berdiskusi dengan komunitas Muslim. Kadri mengungkapkan, isi diskusi terkait dengan isu yang beredar akhir-akhir ini. Ia bingung menjelaskan pada para peserta yang hadir, apakah agama atau Allah yang harus disalahkan atas kesalahan manusia.
“Sangat disayangkan bahwa jika beberapa pemimpin bertindak atas kesalahan para penganut di gereja Katolik. Maka, orang mulai menyalahkan gereja dan Tuhan yang selanjutnya orang-orang bergerak menjauh dari agama,” papar Kadri.
Kadri mengatakan, ada baiknya jika berhenti menyalahkan sistem dan melihat penyebab orang bertindak hal-hal tersebut dan mencoba menemukan solusi atas kesalahan-kesalahan.
"Saya tidak berpikir kita akan sampai mengambil tindakan ekstrim dalam bentuk apapun,” kata Kadri.
Sekretaris Komunitas Islam Mackay, Imran Abdul Khaliq mengatakan, peserta yang hadir pada kesempatan kali ini jumlahnya cenderung lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
“Sebelumnya kami sudah pernah menggelar acara ini, namun hanya sedikit yang tertarik untuk hadir. Kami akan menunjukkan bagi mereka yang datang ke sini tentang segala hal yang ingin mereka ketahui lebih banyak. Umumnya, mereka tertarik tentang apa yang kita lakukan dan apa yang kita percaya,” ungkap Khaliq
Khaliq mengatakan, ada sekitar 200 orang di wilayah tersebut yang menghadiri masjid secara teratur. “Selalu ada orang yang datang kepada kami. Banyak pengunjung dan backpackers dari Brisbane ke Mackay. Para pengunjung berasal dari berbagai negara,” kata Khaliq.
Menurutnya, hal yang paling penting yang ingin ia katakan adalah bahwa Islam menjunjung tinggi perdamaian dan keharmonisan. “Jika seseorang memiliki pertanyaan, jangan ragu untuk bertanya kepada kami tentang apa yang Anda ingin ketahui,” lanjut Khaliq.
Acara tersebut juga tersedia makanan, doa, serta lukisan tradisional yakni henna. Di dalam masjid, salah seorang Muslimah, Farhana Akbar menunggu para pengunjung untuk dilukis dengan desain yang rumit di tangan mereka.
"Saya adalah seorang pelukis. Semua hidup saya jadi lebih mudah jika Anda tahu tentang seni menggambar," katanya.
Farhana menambahkan, seni lukis tradisional memainkan peran besar dalam perayaan umat Muslim. Ia mengatakan, baru-baru ini mengadakan seni melukis henna usai menunaikan puasa Ramadhan selama satu bulan.
“Setelah melewati puasa di hari terakhir, sejak pukul 1 malam kami merayakan pesta kecil-kecilan. Semua orang ingin dilukis henna, alunan musik, tari-tarian, serta makanan,” tutur Farhana.
Kardi juga mendorong orang untuk tidak berasumsi atas dasar rasa takut tentang Islam. “Dibutuhkan ketegasan berdasarkan pengetahuan dan informasi yang tepat tentang Islam,” ujar Kardi.