REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu ciri seorang Mukmin yang saleh adalah kemampuannya menguasai diri. Penguasaan diri itu terutama dalam menghindarkan diri dari kemaksiatan. “Penguasaan diri itu iman,” kata Pimpinan Pondok Pesantren Darul Istiqamah Bulukumba, Sulawesi Selatan, KH Mudzakkir M Arif MA kepada Republika, Jumat (8/7/2016).
Mudzakkir menegaskan, ketika mata melihat yang haram baginya, iman menegur mata agar ia memalingkan pandangan. “Jika teguran itu dipatuhi oleh mata, itulah penguasaan diri,” ujar Mudzakkir.
Mudzakkir menambahkan, ketika telinga ditegur oleh iman karena telinga mendengar sesuatu yang haram, lalu telinga patuh kepada iman, itulah pengendalian diri. Ketika iman berhasil memimpin mulut, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya, itulah kepemimpinan iman yang efektif.
“Tapi jika iman tidak memimpin panca indera, tidak menegur bila anggota tubuh bersalah dan atau tidak dipatuhi, itulah bukti nyata kelemahan iman yang dikalahkan oleh hawa nafsu dan godaan setan,” papar Mudzakkir.
Karena itulah, kata Mudzakkir, setiap Mukmin perlu memperkuat imannya. “Fluktuasi iman membuat iman kita seringkali mengendalikan diri, dan seringkali pula dikalahkan oleh hawa nafsu dan setan. Penguatan iman merupakan perjuangan indah setiap saat. Marilah kita selalu menguatkan iman agar iman selalu memimpin diri,” tutur KH Mudzakkir M Arif.