Rabu 11 May 2016 05:00 WIB

Haruskah Menunggu Tua?

Kakek, nenek, dan cucu/ilustrasi
Foto:

Jika mau jujur, masjid-masjid kita selama ini lebih dipenuhi oleh kaum tua. Pemuda kita tampaknya belum begitu terpikat aktif di masjid. Warung kopi cukup ramai, sementara masjid sepi. Sungguh meresahkan. Padahal, kesediaan memakmurkan masjid adalah indikator keimanan seseorang.

"Sungguh yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanya orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada apa pun) selain kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk" (QS at-Taubah [9]: 18).

Orang yang hatinya terpaut dengan masjid berarti dia berhasil menjaga stamina iman. Buat apa bicara muluk-muluk tentang agama kalau melaksanakan shalat jamaah di masjid secara rutin saja susah. Apa arti lulusan kampus terkenal kalau ke masjid saja enggan. Apa guna membaca buku segudang kalau mengaji Alquran saja jarang-jarang. Dalam hadis sahih, Rasulullah menegaskan bahwa di antara tujuh golongan yang kelak mendapat payung dari Allah di hari Mahsyar ialah orang yang hatinya tertambat di masjid. 

Jadi, tidak sepatutnya pemuda Muslim meremehkan ibadah di masjid ini. Mengapa sering muncul pemuda nakal? Kadang malah sudah bodoh, bermasalah lagi. Menurut salah seorang pakar pendidikan, penyebabnya ada tiga. Pertama, dia jauh dari masjid. Kedua, dia jauh dari Kitab Suci. Ketiga, dia jauh dari orang alim. Benar. Dalam kenyataan sehari-hari, pemuda, bahkan siapa saja yang jauh dari ketiga hal itu, kerap kerontang motivasi iman dan ilmunya. Sering bertindak di luar kontrol agama dan moral karena memang kekurangan vitamin jiwa.

Terakhir, tapi tidak kalah penting, adalah selektif memilih teman. Tidak sedikit pemuda gagal juga disebabkan salah pilih teman. "Seseorang itu mengikuti agama temannya. Hendaklah setiap kamu memperhatikan siapa temannya," ujar Rasulullah dalam hadis sahih. Maka, jangan lagi mengira bahwa memilih teman itu wujud sikap pongah. Sama sekali bukan. Memilih teman yang baik adalah ajaran Islam. 

Kinilah saatnya masjid-masjid kita ramai oleh jamaah pemuda, bukan hanya kaum tua. Kita lakukan upaya-upaya di atas dengan ikhlas dan istiqamah. Menjadi baik, haruskah menunggu tua? 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement