Sebagai akibat kian selesaianya perluasan Masjidil Haram, maka bangunan ini pun akan segera semakin luas. Bangunan masjid baru yang berada di samping belakang kini sudah siap disambungkan. Tinggal beberapa pengerjaan finishing yang tengah dilakukan seperti pembuatan jembatan, pemasangan lantai, dan pengerjaan berbagai panel listrik, pendingin udara, dan lainnya.
Bagi jamaah umrah atau jamaah haji yang sehat memang akan segera melihat suasana masjid yang lapang. Luas lantai tawaf (maaf) menjadi berlipat-lipat luasnya. Suasana berdesakan akan bisa terurai terutama di masa akhir Ramadhan dan puncak haji.
Namun, pihak jamaah yang nanti akan terkena beban berat sebagai imbas perluasan masjid ini adalah jamaah lanjut usia atau yang berhaji menggunakan berkursi roda saat mereka harus melakukan tawaf di lantai dua Masjidil Haram. Jarak tempuh tawaf menjadi sangat panjang. Setiap satu putarannya akan mencapai sekitar satu kilo meter. Jadi kalau jumlah putaran tawaf mencapai tujuh putaran, maka nanti jamaah lansia dan mengenakan kursi roda tersebut, harus menempuh perjaanan hingga lebih dari tujuh kilo meter.
Tentu saja, setelah tawaf untuk menuntaskan ibadah haji atau umrah sebelum diperbolehkan melakukan ‘tahalul’, para jamaah harus melakukan sa’i. Prosesi untuk mengenang gerak Siti Hajar yang harus berjalan dan berlari kecil sebanyak tujuh kali antara buit Safa dan Marwah ketika kebingungan mencari air, harus membutuhkan tenaga ekstra untuk berjalan. Bila satu jalur jaraknya mencapai 500 m, maka untuk tujuh kali jalan tersebut jamaah pun harus berjalan hingga 3,5 kilo meter.
Alhasil bila ditotal, untuk menyelesaikan prosesi tawaf dan sa’i seorang jamaah haji dan umrah harus menempuh perjalanan sekitar 11 kilo meter. Sebuah jarak yang lumayan jauh.