REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Asosiasi Muslim Cina ingin menjadi penasehat bagi para pelaku bisnis negara tersebut yang hendak melebarkan usaha mereka ke negara-negara Muslim sebagai bagian dari inisiatif 'Sabuk dan Jalan' negeri tirai bambu itu. Dilansir dari China.org.cn, Rabu (30/3), besarnya negara-negara mayoritas Muslim yang terlibat dalam jalur perdagangan tersebut akan menyediakan sarana bagi Muslim Cina untuk menjalankan peran penting sebagai ahli inisiatif.
"Kami dapat menyediakan konsultasi atau jasa konseling bagi perusahaan-perusahaan yang hendak melebarkan bisnis ke negara-negara tersebut," ungkap Wakil Presiden Asosiasi Muslim Cina, Yang Zhibo. Menurutnya, sangat penting bagi perusahaan untuk menghormati budaya dan norma serta mengadakan negosiasi bisnis yang sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Inisiatif dari asosiasi Muslim tersebut diharapkan dapat meningkatkan ekspor produk halal dari perusahaan makanan di Cina. Terkait hal itu, beberapa daerah di Cina seperti Ningxia Hui berencana untuk membangun zona industri terbesar untuk membeli, mengolah, dan menjual produk halal. Untuk menembus pasar halal global, Yang berpendapat Cina harus segera memiliki peraturan nasional mengkoordinasi para eksportir.
Asosiasi tersebut, menurut Yang, akan memanfaatkan berbagai platform. Mereka akan menggunakan konferensi internasional dan situs-situs dunia maya, untuk memperkenalkan langkah jalur perdagangan tersebut pada negara-negara yang dituju. Mereka pun akan menghapuskan berbagai kekhawatiran mengenai motivasi Cina di balik inisiatif tersebut.
"Kami memiliki kepercayaan yang sama. Itu akan mempermudah dalam membangun rasa percaya dan meraih kesepahaman," lanjutnya. Melalui inisiatif tersebut, Yang juga bermaksud mempromosikan Islam di Cina dengan cara yang damai.