REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Dewan Masjid Indonesia (DMI) Imam Addaruquthni menilai, belum banyak imam masjid di Indonesia yang menjadi pemantik perubahan transformasi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Menurut dia, saat ini masyarakat hanya memosisikan dan memaknai imam masjid sebagai pemimpin shalat.
Ia menjelaskan, imam yang hanya diposisikan atau dimaknai sebagai seorang pemimpin proses shalat merupakan cara pandang konservatif. "Persepsi konservatif ini juga sejalan dengan pandangan dogmatis bahwa masjid hanya dimaknai sebagai tempat shalat," ungkapnya kepada Republika.co.id, Rabu (30/3).
Padahal, pada masa Nabi Muhammad SAW, kata dia, imam masjid tidak hanya dipandang atau diposisikan demikian. "Tapi imam, seperti Nabi dan ulama-ulama pada masa silam lakukan, juga mengambil peran-peran penting yang dapat menginspirasi umat," tutur Imam menerangkan.
Karena hal itu, pada masa Nabi, lanjutnya, imam masjid merupakan simbol atau representasi umat untuk menuju perubahan ke arah yang lebih baik. "Masjid pun akhirnya menjadi tempat sentral perubahan yang transformatif," ucapnya.
Kendati demikian, kata Imam, bila ingin mengungkap tentang peran imam-imam masjid di Indonesia sebagai variabel perubahan di masyarakat, memang perlu dilakukan penelitian mendalam. Walau demikian, ia berpendapat, peran imam masjid sebagai pembawa perubahan yang signifikan dalam kehidupan masyarakat belum tampak secara gamblang.