Rabu 30 Mar 2016 04:57 WIB

Bahkan VOC Tidak Berani Menggusur Kompleks Masjid Luar Batang

Rep: reja irfa widodo/ Red: Muhammad Subarkah
Gambar Sunan Pakubuwono X mengunjungi Kampung Luar Batang tahun 1920-an.
Foto: Gahetna.nl
Gambar Sunan Pakubuwono X mengunjungi Kampung Luar Batang tahun 1920-an.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarawan Jakarta, Alwi Shahab, mengungkapkan, sebenarnya sudah ada beberapa kali upaya penggusuran dari kompleks masjid Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara. Bahkan, upaya penggusuran itu sempat ingin dilakukan oleh aparat pemerintah Belanda, VOC, saat masih menguasai Jakarta, yang dulu masih bernama Batavia.

Namun, rencana penggusuran itu akhirnya harus batal. Hal ini terkait ketokohan ulama asal Hadramaut, Yaman, Al Habib Husein bin Abubakar Alaydrus. Pasalnya, Habib Husein lah yang mendirikan dan masjid tersebut, hingga akhirnya dimakamkan di sekitar kompleks masjid tersebut.

''Itu dari dulu, udah mau ada rencana digusur, oleh VOC. Tapi akhirnya tidak berani Belanda. Tidak hanya Belanda, orang-orang pas jaman Bung Karno dan seterusnya, juga tidak berani. Hal ini karena, rakyat sudah sangat percaya dengan kewalian dari Habib Husein,'' ujar pria yang akrab disapa Abah Alwi tersebut, saat ditemu Republika, Selasa (29/3).

Abah Alwi pun menilai, jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berniat menggusur Masjid Luar Batang atau merelokasi penduduk yang tinggal di Kampung Luar Batang, maka akan muncul pertentangan yang cukup besar. Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta berencana melakukan pembongkaran terhadap Kampung Luar Batang, termasuk di dalamnya memugar kompleks masjid Luar Batang.

''Kalau sampai digusur, bisa ribut itu. Tidak peduli seberapa besar kuatnya Ahok (Gubernur DKI Jakarta), pasti akan ditentang,''lanjut Alwi.

Lebih lanjut, Alwi menjelaskan, sejak abad ke-18, Masjid Luar Batang memang telah menjadi tempat ibadah yang begitu dihormati umat Islam, tidak hanya dari Jakarta tapi dari seantero Indonesia. Bahkan, tidak jarang tokoh-tokoh nasional dan ulama-ulama asal Betawi, selalu menyempatkan diri untuk setidaknya berziarah ke makam Habib Husein ataupun beribadah di masjid Luar Batang.

''Banyak ulama-ulama Betawi, seperti KH Abdullah Syafei, justru datang ke Masjid Luar Batang. Begitu juga menteri-menteri dan tokoh nasional. Itu lantaran begitu sentralnya peran Masjid Luar Batang,'' ujar Abah Alwi.

Tidak hanya itu, upaya renovasi sebelumnya juga pernah dilakukan, tepatnya pada saat Fauzi Bowo masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Namun, Alwi mengingatkan, setiap upaya renovasi dari Masjid Luar Batang itu tidak menanggalkan dan meninggalkan aspek historis dari kompleks masjid dan makan Luar Batang tersebut.

Terkait ketokohan dari Habib Husein, Abah Alwi menjelaskan, Habib Husein datang ke Batavia pada 1746. Pada saat itu, Habib Husein tiba di Kampung Baru, yang saat ini berubah menjadi Kampung Luar Batang. Meski pada saat itu, Habib Husein diperkirakan masih berusia 25 tahun, namun wibawa dan karomah yang dianggap dimiliknya langsung mendapatkan perhatian dari masyarakat setempat.

Pun dengan sikapnya yang menentang penjajahan VOC di Indonesia. Dukungan dari masyarakat setempat inilah yang membuat VOC dianggap tidak berani dengan Habib Husein.

''VOC tidak berani. VOC menganggap dia sebagai seorang yang dipercaya oleh penduduk. Jadi VOC tidak mau mengangkat-angkat ataupun menjelek-jelekan wilayah Kampung Luar Batang,'' ujar Abah Alwi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement