Senin 28 Mar 2016 18:29 WIB

Muhammadiyah: Densus Ngaco Seharusnya Siyono Dibiarkan Hidup

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Achmad Syalaby
Jenazah terduga teroris Siyono saat diangkat dengan kurung batang.
Foto: Antara
Jenazah terduga teroris Siyono saat diangkat dengan kurung batang.

REPUBLIKA.CO.ID, ‎JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, hendaknya Densus 88 Mabes Polri membiarkan terduga teroris Siyono tetap hidup. Hal ini penting dilakukan jika Densus 88 benar ingin mengungkap jaringan teroris. 

Jika Siyono hidup, Dahnil mengungkapkan, Densus akan mampu menyelesaikan kasus yang dituduhkan padanya, termasuk tudingan sebagai panglima teroris. "Tapi, justru cara berpikir (Densus 88) ngaco. Harusnya Siyono tetap hidup dan jadi pemicu untuk ungkap jejaring teroris di Indonesia," ujar Dahnil saat dihubungi Republika.co.id, Senin (28/3).

Sayangnya, kata Dahnil, yang muncul saat ini adalah banyak saksi kunci kasus terorisme justru hilang atau mati sehingga Densus 88 pun tidak bisa menyelesaikannya. "Kondisi ini memunculkan praduga publik jangan-jangan kelompok teroris ini by design," kata Dahnil.

Dia pun melihat tidak ada iktikad baik dari Densus 88 untuk menyelesaikan kasus terorisme. Pasukan antiteror tersebut sering disebut-sebut sebagai pasukan elite dan unggul di semua sisi. Untuk itu, seharusnya Densus 88 bisa menangkap dan menjaga Siyono agar tetap hidup sehingga bisa digali banyak informasi.

Seperti diberitakan sebelumnya, terduga teroris Siyono yang beralamat di Brengkungan Pogung Cawas, Klaten, tewas dalam pemeriksaan Densus 88, Jumat (11/3). Suyono ditangkap pada Rabu (9/11). Pada Kamis (10/3) sekitar pukul 10.00, rumahnya yang juga digunakan untuK TK atau Raudhotul Athfal Muhammadiyah juga digerebek.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement