REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW merupakan seorang pemimpin yang mesti dijadikan teladan oleh setiap pemimpin Islam (al-Ahzab: 21). Rasulullah SAW juga seorang pemimpin yang hidup sederhana, tapi memiliki sifat akhlak mulia (al-Qalam: 4). Istrinya, Aisyah RA, mengatakan, akhlak Rasulullah SAW itu adalah penerapan Alquran dalam segala aspek kehidupannya (Abdul Halim Mahmud: 1990).
Syamsudin Muir, lewat artikelnya di Harian Republika berjudul Kriteria Pemimpin dalam Islam, menulis, Sayyid Husen al-'Affany menjelaskan dalam bukunya, Tarthib al-Afwah (1/81) bahwa Abu Bakar Shiddiq itu pemimpin sederhana dan adil dalam melaksanakan tugas.
Abubakar menerapkan persamaan pembagian kekayaan negara kepada seluruh rakyatnya. Ketika sakit di akhir hidupnya, beliau berwasiat, agar hartanya yang hanya sedikit itu diberikan kepada pemimpin setelahnya. Umar bin Khattab menangis menerima wasiat Abu Bakar Shiddiq itu. Karena beliau tahu, tanggung jawabnya di masa depan jauh lebih berat.
Namun begitu, Umar tetap mencontoh pendahulunya untuk hidup sederhana dalam mengemban tugas negara. Menurut dia, Allah SWT telah memuliakan umat ini dengan Islam, maka tidak perlu lagi mencari kemuliaan dengan yang lain (Atsar sahih riwayat Ibnu Abi Syaibah).
Pada waktu menjadi khalifah (pemimpin), kendaraan dinas Umar bin Khattab hanya seekor unta. Pada waktu pendeta Kristen negeri Palestina, Safraneus, menyerahkan kunci negeri Palestina kepada pemimpin besar Negara Islam, Umar bin Khattab bergantian menunggang untanya dengan pembantunya menuju Palestina. Umar juga mengembalikan hadiah makanan lezat yang dikirim dari Afrika. Karena, menurutnya, makanan itu lebih baik dinikmati oleh rakyatnya.
Usman bin Affan juga berbuat adil dalam menerapkan hukum Islam. Dia dengan tegas melaksanakan hukuman cambuk atas adiknya, al-Walid bin Aqabah, yang telah melakukan pelanggaran syariat Islam.
Ali bin Abi Thalib juga pemimpin bijaksana, sederhana, dan adil dalam bertindak. Di hari raya, makanan yang tersedia di rumahnya hanya makanan rakyat kecil, berupa hidangan daging rebus bercampur tepung (al-khazirah). Karena, menurut beliau, menyitir sabda Rasulullah SAW, seorang pemimpin itu hanya berhak menerima gaji untuk makannya dengan keluarganya, dan makannya dengan tamunya (HR Imam Ahmad).
Islam telah menetapkan syarat tertentu yang mesti terpenuhi pada diri seorang pemimpin, agar amanah besar itu tidak menjadi ajang perebutan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.
Sebagai pemimpin, Rasulullah SAW dan Khulafa' al-Rasyidin, hingga Umar bin Abdul Aziz, telah memberikan teladan yang baik dengan hidup sederhana, adil, dan menjunjung tinggi supremasi hukum. Di bawah kepemimpinan mereka, Negara Islam menjadi maju, besar, dan disegani. Dan, umat Islam pada masa itu juga hidup damai, aman, dan sejahtera.