Senin 21 Mar 2016 04:43 WIB

Teknologi Pengolahan Aspal di Era Kekhalifahan

Rep: heri ruslan/muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
  Reruntuhan Istana Az-Zahra di Cordoba, Spanyol.
Foto: http://globalheritagenetwork.ning.com
Salah satu sudut kota tua Damaskus, Suriah.

Metode pengolahan minyak dari aspal lainnya yang ditemukan insinyur Muslim adalah teknik distilasi yang disebut taqrir. Teknik ini kembangkan oleh sarjana Muslim bernama Al-Razi. Berbekal pengetahuan itulah, pada abad ke-12 peradaban Islam sudah menguasai proses pembuatan minyak tanah atau naphtha.

Menurut Bilkadi, mulai abad ke-12 minyak tanah sudah dijual secara besar-besaran. Di jalan-jalan di sekitar Damaskus, papar dia, banyak orang yang menjual minyak tanah. Di Mesir pun, minyak tanah pada abad itu telah digunakan secara besar-besaran. Dalam salah satu naskah disebutkan, dalam sehari rumah-rumah di Mesir menghabiskan 100 ton minyak untuk bahan bakar penerangan.

Penggunaan aspal menjadi pelapis jalan pun terus dikembangkan para saintis Muslim. Untuk melapisi jalan, para insinyur Muslim di Nebukadnezar menggunakan campuran aspal dengan pasir. Campuran pasir dan aspal untuk melapisi jalan itu di Irak dikenal dengan nama ghir.

Kosmografer Muslim, Al-Qazwini, dalam bukunya Aja'ib Al-Buldan (Negeri Ajaib) menuturkan ada dua macam campuran aspal dan pasir yang digunakan untuk melapisi jalan. Jika digunakan untuk mengaspal jalan, campuran itu dikenal sangat kuat dan lekat. Inilah salah satu bukti lagi bahwa peradaban Islam adalah perintis dalam berbagai penemuan dan teknologi. Sebuah kebanggaan yang seharusnya bisa menumbuhkan kembali semangat untuk bangkit mencapai kejayaan. ''

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement