Kamis 17 Mar 2016 10:43 WIB

Komunitas di Amerika Bersatu Kritik Trump

Rep: MGROL57/ Red: Agung Sasongko
Donal Trump
Foto: Reuters
Donal Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WESTCHESTER -- Ratusan orang berdemonstrasi tunjukkan protes mereka terhadap konten kampanye Trump yang cenderung memecah belah masyarakat. Sabtu (12/3) lalu, hampir 500 orang datang memenuhi Savannah Center di Chester Barat, Amerika Serikat, tepat ketika Trump menghadiri kampanye di kota tersebut.

Pendemo terdiri dari masyarakat keturunan Afrika, imigran asal Hispanik, dan Muslim. Masing-masing memiliki tujuan tertentu, tetapi fokus utama mereka adalah menghadapi ujaran Trump yang memecah belah. Masyarakat keturunan Afrika hendak mengampanyekan 'Black Lives Matter', seruan untuk reformasi keadilan bagi masyarakat kulit hitam, imigran Hispanik menginginkan keadilan dalam undang-undang imigrasi, dan Muslim hendak melawan Islamofobia. Beberapa pendukung Partai Republik yang tak setuju dengan pandangan Trump juga hadir dalam demonstrasi damai itu.

"Kita harus melawan ujaran kebencian dengan kedamaian," jelas salah satu koordinator acara, Micelle Novak. Muslimah tersebut menyatakan pula tema demonstrasi tersebut adalah "Cintai Kebencian Trump". Menurutnya, apa yang hendak mereka protes bukan bentuk perlawanan terhadap Trump, melainkan gerakan menghapuskan kebencian.

Seorang ibu Muslim dengan dua putrinya, Amberly Zombrano, ikut menghadiri demonstrasi tersebut untuk memprotes kebencian yang diarahkan Trump pada Muslim. Sebagai seorang imigran, Zombrano pun ingin menyuarakan kritiknya terhadap rencana calon presiden tersebut untuk melarang imigran datang ke Amerika.

"Ujaran kebenciannya diarahkan pada kami," tukas Zombrano, mengarah pada rencana Trump melarang Muslim dan imigran Meksiko masuk ke Amerika. "Saya ingin anak-anak saya tahu mereka memiliki hak bersuara."

Sementara demonstran asal Ambereley, Niki Meiners, ingin menyatakan pada para pendukung Trump bahwa semua warga Amerika adalah imigran. Kecuali tentunya masyarakat asli Amerika, atau suku Indian. "Anda bilang ini adalah negara milik Anda saat negara ini sebenarnya milik semua orang," tegas Meiners, yang membagikan bunga pada para demonstran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement