Selasa 29 Mar 2016 09:16 WIB

Kampanye Negatif Trump Munculkan Rasa Takut

Rep: MGROL57/ Red: Agung Sasongko
Donald Trump
Foto: AFP
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tumbuhnya Islamofobia saat ini adalah efek dari masa kampanye para kandidat presiden Amerika Serikat. Dilansir dari VOA News, Senin (21/3), seorang anggota Yayasan Islam Peoria dari Chicago, Amerika Serikat, menyampaikan hal itu setelah melihat hasil berbagai jajak pendapat dan penelitian mengenai Islamofobia.

"Islamofobia tidak memuncak setelah tindak kriminal teroris. Itu meningkat pesat pada masa pemilihan," ujar Kamal Mufti.

Menurutnya, berbagai ujaran kontroversial oleh calon-calon presiden mengenai Muslim telah menimbulkan rasa takut. Bahkan menurut seorang tokoh agama dari Chicago, John Arena, apa yang timbul di masa kampanye ini adalah percakapan diskriminatif mengenai satu agama, ras, dalam nada yang sangat memecah belah.

Anggota Pusat Komunitas Muslim Chicago, Saif Mazhar, melihat efek menakutkan dari sentimen Islamofobia itu. Ujaran-ujaran yang sangat kasar terhadap Muslim ditakutkannya akan meningkatkan tindak kekerasan terhadap Muslim, baik secara verbal maupun fisik.

Melihat Islamofobia yang terus meningkat, Mufti tidak tinggal diam. Imam dari yayasan tersebut membuka pintu Yayasan Islam Peoria dan mengundang para pembicara dari berbagai latar belakang keagamaan untuk membahas masalah ini di depan khalayak.

Diskusi bertajuk 'Kenali Islam, Kenali Kedamaian' tersebut diadakan awal Maret lalu. Mufti hendak mematahkan sentimen salah seorang kandidat presiden, Donald Trump, yang menuduh Muslim menyembunyikan sesuatu di balik pintu masjid.

"Masjid bukanlah tempat yang tidak menerima orang lain, masjid tidak tertutup, mereka tempat yang sangat terbuka dan apa yang Muslim lakukan di sana adalah beribadah, bermain, bersosialisasi, dan bersenang-senang," jelas Mufti pada para partisipan diskusi. Kebanyakan peserta diskusi yang datang adalah non-Muslim.

Mufti menegaskan, dengan benar-benar mengadakan diskusi terbuka, membuka pintu masjid lebar-lebar, itulah yang mampu mematahkan sentimen anti-Muslim yang disulut oleh pidato Trump. Sedangkan para pembicara dari latar belakang agama lain membahas mengenai toleransi, kedamaian, dan saling menghormati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement