Senin 14 Mar 2016 12:52 WIB

BKMT Optimalkan Program Pembinaan Daerah Minoritas

Rep: sri handayani/ Red: Damanhuri Zuhri
Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Tutty Alawiyah memberikan tausiyah dalam pengajian majelis taklim di Masjid Attin, TMII, Jakarta, Jumat (31/12)
Foto: Republika/Wihdan Hidaya
Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Tutty Alawiyah memberikan tausiyah dalam pengajian majelis taklim di Masjid Attin, TMII, Jakarta, Jumat (31/12)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Sumatera Utara, Rosmawati Harahap mengungkapkan, BKMT Sumatera Utara memiliki program pembinaan desa, terutama di daerah minoritas.

''Ini diawali dengan keprihatinan akan banyaknya kepala keluarga yang berpindah agama. Kemiskinan dan kurangnya pemahaman tentang syariah diindikasi menjadi pendorong perpindahan ini,'' ungkap Rosmawati kepada Republika belum lama ini.

Rosmawati menjelaskan, program ini dijalankan di enam daerah, yaitu Karo, Dairi, Pakpak, Tapanuli Utara, Deli Serdang, dan Simalungun.

Di daerah ini, BKMT Sumut memilih beberapa desa untuk dibina. Para dai didatangkan untuk melakukan ceramah dan memberikan pemahaman syariah di daerah tersebut. "Dengan begitu, para Muslim di desa-desa rawan pemurtadan diharapkan akan lebih memahami Islam," ujarnya.

Menurut Rosmawati, keberhasilan program yang diselenggarakan oleh BKMT Sumut tak lepas dari peran para pengurus. Banyak dari mereka berpendidikan tinggi dan mau menyumbangkan ilmunya sesuai bidang keahlian yang dimiliki.

Dalam perjalanannya, para pengurus tak lepas dari berbagai kendala. "Masalah keuangan menjadi salah satu hambatan sebab saat ini bantuan langsung dari pemerintah semakin menyusut," ungkap dia.

Rosmawati mengatakan, para pengurus harus pandai-pandai memahami karakter para ibu sebagai penggerak utama majelis taklim yang dikelola BKMT. Para ibu yang memahami visi dan misi BKMT akan dengan mudah bergerak walau tanpa modal keuangan yang memadai. Namun, tak sedikit yang merasa sulit.

Walaupun begitu, hambatan ini tak menyurutkan langkah mereka. Kegiatan-kegiatan positif tetap dapat digulirkan melalui kemitraan dengan instansi-instansi pemerintah terkait.

Kekuatan jaringan yang dibangun para pengurus menjadi salah satu penentu keberhasilan upaya ini. "Jadi, kita yang melakukan kegiatan, kita yang mengumpulkan anggota, tapi dana dari instansi terkait," ujar Rosmawati.

Rosmawati berharap, dengan diselenggarakan Muktamar BKMT VIII, akan menghasilkan pemimpin dengan karisma dan motivasi yang kuat serta berpengalaman. Di muktamar kali ini, ia berharap akan ada pembahasan khusus mengenai sikap BKMT terhadap berbagai isu yang beredar di tengah masyarakat, misalnya, LGBT.

Sri Handayani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement