REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum INDONESIABERMUTU (IB) Awaluddin Tjalla menilai, pelaksanaan Islamic Book Fair 2016 perlu diapresiasi sebagai sebuah pentas yang harus dilaksanakan setiap tahun. Ini karena IBF merupakan ajang yang mendukung pemerintah dalam menunjang peningkatan kualitas SDM dan profesionalisme di era globalisasi.
“IBF sebuah ajang pementasan mengenai kesadaran individu dan kolektif mengenai pentingnya pemilikan informasi bagi sebuah bangsa, sebagai sebuah kriteria menuju kemajuan dan peradaban sebuah bangsa,” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (11/3).
Menurut Tjalla, pameran buku bertemakan “wisata literasi”, dalam perspektif lain merupakan tema yang menantang untuk memberikan inspirasi bagi pengambil kebijakan dalam peningkatan mutu bidang pendidikan. Hal ini disebabkan dari studi PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2013, yang dikoordinasikan oleh the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), menunjukkan kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun dalam bidang matematika, sains, dan literasi membaca dibandingkan dengan anak-anak lain di dunia masih rendah.
"Hasil studi ini mendudukkan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam tes," kata dia.
Ia memuji antuiasme yang tinggi dari para pengunjung Islamic Book Fair kali ini dan kenaikan yang signifikan dibandingkan dengan arus pengunjung pada Islamic Book Fair sebelumnya. Hal ini memberikan gambaran mengenai kesadaran anak-anak Indonesia untuk memiliki informasi sebagai sebuah pengetahuan untuk dimiliki.
“Kesadaran ini tergambarkan dari fenomena yang terlihat dalam arena Islamic Book Fair,” kata dia.