Kamis 10 Mar 2016 07:00 WIB
Menelusuri Marakanya Kasus Penipuan Umrah

Pergi Umrah, Kau Teperdaya...!

Rep: ratna ajeng tejomukti/ Red: Muhammad Subarkah
suasana masjidil haram di makkah, arab saudi, yang dipadati jamaah umrah jelang idul fitri
Foto:
Jamaah umrah menunggu berangkat ke tanah suci (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tak disangka dan tak dinyana di tengah membeludaknya minat kaum Muslim Indonesia untuk menunaikan ibadah umrah, pada saat yang sama terjadi pula fenomena meluasnya penipuan umrah. Bahkan, kini cerita tentang kegagalan pergi berangkat ke Tanah Suci untuk beribadah, sudah bukan cerita yang aneh. Masyarakat seolah-olah menganggapnya hal lumrah.

‘’Pekan lalu, malah banyak jamaah umrah dari berbagai daerah hanya sampai di Bandara Soekarno-Hatta. Mereka bergerombol di sini dan kemudian menginap beberapa hari di hotel yang ada di sekitar bandara. Tapi, ternyata dalam beberapa hari tetap tak berangkat ke Tanah Suci,’’ kata seorang petugas keamanan di Bandara Soekarno-Hatta, akhir Februari lalu.

Jumlah jamaah umrah dari Indonesia memang luar biasa. Pada 2015, ada data yang mengatakan Pemerintah Arab Saudi telah mengeluarkan visa umrah untuk orang Indonesia hingga 1,2 juta orang. Bila dihitung secara detail masa umrah yang berlangsung selama tujuh bulan per tahun, dalam kurun itu di setiap bulannya ada sekitar 150 ribu orang pergi berumrah. Bila dihitung per hari, ada sekitar 4.000-5.000 orang Indonesia berangkat ke Tanah Suci.

Jadwal penerbangan umrah, baik untuk berangkat maupun pulang dari Tanah Suci, juga sangat padat. Di Bandara Soekarno-Hatta, mulai pagi hingga malam hari, berbagai jenis maskapai penerbangan melakukannya, mulai dari penerbangan untuk umrah kelas biasa hingga kelas VIP. Jenis paket umrahnya pun bermacam-macam, mulai dari jenjang paket "umrah Makkah-Madinah" saja, hingga ditambahi wisata mulai paket "umrah plus" Kairo, Turki, Abu Dhabi, Yordania, Palestina, dan lainnya.

Tak hanya penerbangan langsung, penerbangan umrah juga kerap dilakukan dengan cara transit. Bagi paket umrah low budget atau biaya murah, mereka lazim mengalaminya. Sebelum terbang langsung ke Jeddah atau Madinah, bila naik "penerbangan murah", calon jamaah umrah biasa singgah di beberapa negara, seperti Brunei Darussalam, Kuala Lumpur, Singapura, bahkan Sri Langka. Mereka biasanya menginap atau sekadar "jalan-jalan" selama dua jam hingga delapan jam untuk menunggu penerbangan ke Arab Saudi.

Cara pembiayaan umrah pun bermacam-macam. Para perusahaan travel menawarkan mulai dari paket diamond, gold, umrah bintang tiga, umrah biasa, hingga umrah ala back packer. Sedangkan, jenis paket pembayaran ongkosnya pun beragam, mulai dari tunai dolar AS atau rupiah, model tabungan umrah yang diangsur selama kurun waktu tertentu, hingga gaya model multilevel marketing (MLM).

Maka, tidak mengherankan bila di seluruh pelosok Tanah Air, dari kota besar, kota kecil, sampai pelosok-pelosok desa  terpencil, lazim terlihat selebaran atau spanduk tawaran pergi berumrah. Asal usul pengusahanya pun bermacam-macam, mulai dari mereka yang serius untuk berbisnis dalam bidang ini hingga ada yang coba-coba sebagai sarana pencarian keuntungan untuk menebus kerugian bisnisnya dalam bidang lain, misalnya, mengalihkan bisnis dari pertambangan batu bara yang hari ini lesu.

Alhasil, bila zaman dulu pergi ke Tanah Suci adalah sebuah hal yang langka, kini pergi ke Makkah untuk umrah bisa dilakukan mirip jargon iklan minuman ringan bersoda: bisa oleh Muslim yang mana saja, kapan saja, dan di mana saja! Tak ada lagi cerita naik kapal kayu atau uap berbulan-bulan. Kini, perjalanan bisa dilakukan dengan penerbangan langsung delapan jam lamanya. 

Cerita deraan siksa udara panas dan dingin di laut ketika ke pergi Tanah Suci, hanya tinggal kenangan!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement