Rabu 09 Mar 2016 20:46 WIB

Penyebab Rasulullah Melaksanakan Shalat Gerhana

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Achmad Syalaby
Umat Muslim melaksanakan Shalat Gerhana di Masjid Istiqlal Jakarta, Rabu (9/3).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Umat Muslim melaksanakan Shalat Gerhana di Masjid Istiqlal Jakarta, Rabu (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID,  BOGOR -- Dalam khutbah shalat gerhana matahari di Masjid al-Ghifari Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/3), Ustaz Hepi Andi Bastoni menyampaikan latar belakang dilakukannya shalat gerhana pada masa Rasulullah SAW.

Dia menjelaskan,  shalat gerhana matahari pada masa Rasulullah terjadi pada tahun ke enam hijriyah. Ada pula yang menyebut pada tahun sembilan hijriyah dan ada pula yang mengatakan pada 10 hijriyah. Yang pasti, shalat gerhana matahari kala itu terjadi saat wafatnya anak lelaki Rasulullah wafat dari Maria al Qithbiyah, Ibrahim.

Setelah menikah dengan Rasulullah, Maria al Qithbiyah melahirkan Ibrahim pada tahun ke tujuh hijriyah. Dua tahun kemudian Ibarahim wafat, sehingga kemungkinan shalat gerhana matahari di zaman Rasulullah terjadi pada tahun ke sembilan atau ke sepuluh hijriyah.

''Rasulullah berduka. Pada usia dua tahun, anak memberi kesan mendalam bagi orangtuanya. Pada usia ini juga anak relatif tidak menjengkelkan orangtuanya,'' kata Ustaz Hepi.

Wafatnya Ibrahim dibarengi gerhana matahari total di Madinah. Warga Madinah gempar karena kejadian ini langka. Sebagian mereka menghubungkan kejadian ini dengan wafatnya putra Rasulullah. Saat warga Madinah mengaitkan dua kejadian ini, Rasulullah memberi khutbah. Dari versi Aisyah yang diriwayatkan Bukhari, Rasulullah bersabda yang intinya memeperingatkan matahari dan bulan adalah kekuasaan Allah SWT.

Gelapnya matahari atau bulan tidak ada hubungannya dengan kematian seseorang. Peringatan ini juga ditambah perintah untuk berdoa, bertakbir, melaksana shalatlah, dan bersedekah saat gerhana terjadi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement