Senin 07 Mar 2016 11:11 WIB

IBF Jadi Barometer Pameran Buku

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Damanhuri Zuhri
Direktur Operasional Republika Media Mandiri Arys Hilman Nugraha (kedua dari kanan) dan Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinaro (kedua dari kiri) berjabat tangan seusai penandatangan nota kesepahaman (MoU) Islamic Book Fair (IBF)
Foto: Republika/Musiron
Direktur Operasional Republika Media Mandiri Arys Hilman Nugraha (kedua dari kanan) dan Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Afrizal Sinaro (kedua dari kiri) berjabat tangan seusai penandatangan nota kesepahaman (MoU) Islamic Book Fair (IBF)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Tazkia Group Dr Muhammad Syafi'i Antonio menyatakan Islamic Book Fair (IBF) bukan sekadar pesta buku. IBF merupakan icon pesta sosial budaya, ilmu dan ekonomi Islam.

"Bahkan di sini tempat pertemuan ilmuwan-ilmuwan internasional," ujar Syafi'i kepada Republika usai acara Penutupan IBF 2016, Ahad (6/3).

Menurut Syafi'i, ajang IBF ini sangat baik dilihat dari sisi syiar, meningkatkan minat baca dan juga sosial ekonomi. Sebabnya, penyelenggaraan pameran buku ini sudah bisa menarik perhatian hampir setengah juta pengunjung.

Syafi'i mengatakan sudah menjadi suatu kewajiban bagi pemerintah untuk menciptakan satu pameran buku yang berskala dunia. Melihat, kemeriahan IBF setiap tahunnya sudah bisa menyaingi pameran buku berskala internasional seperti Frankfurt Book Fair.

Tak heran, IBF sekarang layak menjadi barometer untuk event pameran buku. "Ini menjadi kewajiban kita bagaimana penerbit dari Libanon, Pakistan, India dan Saudi Arabia serta negara lainnya bisa datang ke pameran buku ini," kata Syafi'i.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement